Bisnis.com, JAKARTA -Sejumlah proyek infrastruktur tengah dibangun di Bandung baik jalan tol maupun kereta cepat. Hal inipun mempengaruhi harga properti di wilayah sekitar pembangunan.
Infrastruktur yang tengah dikebut di wilayah tersebut antara lain pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Getaci) sepanjang 206,65 kilometer akan dimulai pada akhir tahun 2022. Rencananya, jalan Tol Getaci nantinya tersambung dengan Jalan Tol Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) atau jalan Tol Dalam Kota Bandung yang sudah direncanakan.
Lalu bagaimana prospek properti di sekitarnya? Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan pihaknya menyambut baik rencana pembangunan di area Priangan timur dan Jawa Barat bagian selatan yang selama ini aksesnya tidak sebaik daerah lain di pulau Jawa.
"Pergerakan harga, demand, dan suplai di kota-kota yang dilewati oleh tol Getaci belum terlalu kelihatan dinamis untuk dibuat kesimpulan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (14/2/2022).
Pasalnya, pada akhir kuartal IV/2021, sisi harga rata-rata per meter di Cilacap sebesar Rp4.083.333 dan Tasikmalaya senilai Rp4.198.473 per meter tidak terpaut jauh dari kuartal III/2021.
"Jika dilihat dari berbagai aspek yang lebih luas, Tasikmalaya cukup strategis dengan posisinya yang sentral di Priangan Timur dan infrastuktur yang lengkap," katanya.
Baca Juga
Marine menuturkan dinamika properti di kota Bandung dan sekitarnya sangat menarik untuk diikuti. Selain rencana pembangunan tol Getaci, selama ini tol Purbaleunyi sudah semakin terhubung, di mana tol Purbaleunyi terhubung dengan tol Soreang – Pasirkoja (Soroja) dan mulai terhubung juga dengan tol Cileunyi-Sumedang Dawuan (Cisumdawu).
"Tol Soroja menghubungkan kota Bandung dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung di Soreang sekaligus memudahkan akses ke area wisata dan perkebunan Ciwidey dan sekitarnya. Tol Cisumdawu menghubungkan kota Bandung dengan kota Sumedang dan nantinya akan memudahkan akses ke bandara BIJB di Majalengka," tuturnya.
Selain kedua tol ini, pembangunan Kereta Cepat yang menghubungkan Jakarta dengan stasiun Padalarang dan stasiun di Tegalluar juga tentu sedikit banyak akan ada efeknya terhadap properti.
"Semua pembangunan infrastruktur yang disebut di atas sudah berjalan, sementara itu tol BIUTR sendiri sampai sekarang masih kontraversial dan kemungkinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena pembebasan lahan di tengah kota akan sangat sulit dilakukan," ucapnya.
Berdasarkan Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) Kuartal IV/2021, dari beberapa perkembangan infrastuktur tersebut terdapat beberapa hal yang bisa diamati yakni di Kota Bandung secara umum harga tanah sekitar Rp12.075.471 per meter naik sekitar 4,18% dari kuartal sebelumnya. Kota Bandung mengalami kenaikan kenaikan suplai tanah sebesar 76,2% dan demand sebesar 30,6%.
Untuk harga tanah di Cileunyi mencapai Rp7.066.666 per meter. Harga tanah di Cileunyi mengalami kenaikan sebesar 7,3% dari kuartal III/2021. Tanah di Cileunyi mengalami kenaikan suplai sebesar 2,7% dan terjadi penurunan permintaan tanah sebesar -15%.
Di Gedebage, terjadi kenaikan harga tanah sebesar 3,7% menjadi Rp15.740.740 per meternya. Adapun tanah di Gedebage mengalami kenaikan suplai sebesar 49,2% dan kenaikan permintaan pembelian sebesar 41%.
Untuk wilayah Buahbatu terjadi penurunan harga tanah sebesar 2,6% menjadi Rp10.591.666 per meter. Di wilayah ini juga terjadi permintaan pembelian tanah sebesar 55,6% dan suplai sebesar 29%.
Di wilayah Kopo, terjadi penurunan harga tanah sebesar 0,5% menjadi Rp8.294.950 per meter. Tanah di Kopo mengalami peningkatan suplai yang tinggi yakni sebesar 75,3% meski terjadi penurunan permintaan -15,5%.
Pada wilayah Astanaanyar / Pasirkoja terjadi kenaikan harga tanah sebesar 1,0% menjadi Rp13.432.835 per meter. Di wilayah ini terjadi kenaikan suplai tanah sebesar 51,2% dan kenaikan permintaan sebesar 37,6%.
Untuk wilayah Pasteur, harga tanah tak mengalami kenaikan pada kuartal IV tahun 2021 yakni Rp14.908.256 per meter. Namun, terjadi kenaikan suplai tanah di Pasteur sebesar 59,6% meski permintaan akan tanah di wilayah ini menurun -15,6%.
Menurutnya, daerah Buahbatu, Gedebage, dan Astanaanyar termasuk Pasirkoja, mengalami kenaikan demand yang tinggi menandakan minat ke area Bandung Timur dan Selatan.
"Sebagai catatan, kenaikan suplai pada beberapa area ini kemungkinan didorong oleh kehadiran project dari developer besar seperti Agung Podomoro dan Summarecon," ucapnya.
Daerah Cileunyi di sebelah Timur sudah berada di luar kota Bandung sehingga harganya masih jauh di bawah daerah Bandung yang lain sepanjang tol Purbaleunyi ini.
Dia menilai dengan pesatnya pembangunan di Bandung Timur bukan tidak mungkin area ini justru akan berkembang di masa depan.
"Dari semua area ini, daerah Gedebage memiliki median harga yang paling tinggi, namun itupun masih bisa tumbuh karena kenaikan harga masih terjadi dengan ditopang oleh kenaikan demand," katanya.
Sementara itu, area Pasteur yang selama ini popular sebagai gerbang keluar masuk kota Bandung sepertinya mulai mengalami kejenuhan. Investor yang selama ini mengincar area Pasteur bisa menunggu entry di titik yang lebih optimal.
"Di sisi lain, warga Bandung yang mencari hunian pertama bisa melirik area Kopo karena berada di luar radar banyak pencari rumah yang lain. Kehadiran tol Soroja dan pembangunan flyover dapat mengurangi kemacetan di area tersebut," ujar Marine.