Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karet Alam Lokal Kalah dengan Kamboja, Produsen Ban Meminta Pemerintah Turun Tangan

Berkurangnya kualitas dan produktivitas karet alam dari perkebunan di Indonesia membuat khawatir para produsen ban di dalam negeri.
Petani memanen getah karet di Bajubang, Batanghari, Jambi, Rabu (12/1/2022). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Petani memanen getah karet di Bajubang, Batanghari, Jambi, Rabu (12/1/2022). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA - Serapan karet alam ke industri ban domestik diperkirakan stabil di angka 590.000 ton pada tahun ini, menyamai capaian pada tahun lalu.

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane mengatakan petani karet di dalam negeri masih menghadapi penyakit jamur daun yang menekan produktivitas. Selain itu, musibah banjir yang terjadi di kantong-kantong lahan karet, juga dinilai akan menyulitkan pertumbuhan produksi.

Di sisi lain, Kamboja tengah melipatgandakan pengapalan karetnya ke China, salah satu pasar tujuan ekspor terbesar Indonesia.

"[Serapan karet alam] Stabil saja tahun ini, tetapi kami takut terjadi gejolak penurunan produksi karena penyakit jamur daun dan banjir," kata Azis saat dihubungi, Jumat (4/2/2022).

Pada tahun lalu, angka serapan sebesar 590.000 ton mengalami pertumbuhan 7,27 persen dari angka 2020 sebesar 550.000 ton. Namun, angka tersebut masih terkontraksi 17,06 persen dibandingkan serapan sebelum pandemi pada 2019 sebesar 711.360 ton. Adapun, volume ekspor karet sepanjang tahun lalu diperkirakan 2,4 juta ton.

Meski serapan karet ke pasar domestik diproyeksi stabil tahun ini, ada potensi penurunan. Azis mengatakan jika diperlukan pemerintah nantinya dapat menerbitkan kebijakan domestic market obligation (DMO) untuk komoditas karet alam. Pasalnya, sempat terjadi kekurangan karet pada industri ban domestik beberapa waktu lalu.

"Dengan kondisi impor turun dan produksi turun, kami prihatin. Pemerintah yang diharapkan mengadakan replanting tanaman baru, sampai sekarang belum ada. Memang barangkali dalam waktu dekat pemerintah diminta meningkatkan produksi dan DMO," jelasnya.

Sementara itu, Dewan Karet Indonesia kini juga tengah berupaya mengundang investor asing untuk melakukan perluasan perkebunan karet. Hanya saja, karena terhalang pandemi, upaya tersebut belum berjalan mulus.

Selain itu, Azis juga mendorong industri karet dan barang dari karet di Indonesia untuk mengembangkan teknologi yang mampu mengolah karet alam menjadi karet sintetis.

"Kalau bisa dibuat karet alam Indonesia menjadi karet sintetis, maka kita akan merajai [pasar] karet dunia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper