Bisnis.com, JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam hal desain dan konstruksi LRT Jabodebek optimistis moda transportasi tersebut dapat beroperasi pada 17 Agustus 2022.
Corporate Secretary PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Farid Budiyanto mengatakan hingga Januari 2022, progres pembangunan secara keseluruhan telah mencapai 88,71 persen.
"Seperti yang disampaikan Menkomarves [Luhut Binsar Pandjaitan], kami memang diminta untuk bisa mewujudkan mimpi masyarakat, mewujudkan transportasi LRT yang merupakan teknologi karya anak bangsa. Diharapkan bisa kami uji dan disampaikan ke masyarakat di tanggal 17 Agustus, mudah-mudahan bisa tercapai," ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis (3/2/2022).
Menurutnya, memang saat ini progres pembangunan LRT Jabodebek tidak terlihat signifikan secara visual. Pengerjaan lebih fokus pada stasiun, akses stasiun, uji sinyal, dan penyelesaian depo.
Depo ini, lanjut Farid, menjadi salah satu bagian yang penting dalam pembangunan lantaran fungsinya sebagai tempat perawatan (maintenance), control room, pusat penyimpanan dan lainnya.
Sebagaimana diketahui, LRT Jabodebek ditargetkan mulai beroperasi pada Agustus 2022. Jadwal ini mundur dari rencana awal pada Juli 2019.
Baca Juga
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo mengatakan ada perubahan target Commersial Operation Date (COD) yang semula Juli 2019 mengalami kemunduran pada Agustus 2022 terutama terkait dengan penguasaan lahan di depo di Bekasi Timur dan pandemi Covid-19 dua tahun terakhir.
Proyek ini memiliki nilai investasi awal sebesar Rp29,9 triliun. Sayangnya, jumlah tersebut malah membengkak menjadi Rp32,5 triliun. Terjadi pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar Rp2,6 triliun yang diikuti dengan perubahaan struktur pendanaan proyek dan asumsi tarif dasar LRT Jabodebek.
Bertambahnya biaya pembangunan sebesar Rp2,6 triliun itu akan digunakan untuk meningkatkan biaya pra-operasi, biaya interest during construction (IDC) dan biaya lainnya.
Dana tersebut, lanjutnya, juga tidak bisa ditutup oleh pinjaman bank sesuai klausul dalam kontrak. Alhasil, PT KAI menerima dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,6 triliun pada Desember 2021.