Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rektor UI Ingatkan Pertumbuhan Ekonomi 2022 Jangan Terlalu Digas

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menilai peluang mencapai pertumbuhan 5,1 persen tetap terbuka, dengan skenario konservatif di 4,6 persen.
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menilai bahwa masih terdapat risiko inflasi yang membayangi Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi pada 2022 tidak perlu berjalan terlalu agresif.

Dia pun melihat bahwa peluang mencapai pertumbuhan 5,1 persen tetap terbuka, dengan skenario konservatif di 4,6 persen.

Hal tersebut disampaikan oleh Ari dalam rapat Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan pakar ekonomi pada Kamis (3/2/2022). Ari yang merupakan profesor di bidang ekonomi diundang sebagai pakar bersama Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko.

Ari menilai bahwa kebijakan normalisasi sudah mulai terlihat pada kuartal III/2021, ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 3,51 persen. Tren pertumbuhan terus terjadi, hingga dia meyakini bahwa Indonesia berada di jalur yang aman untuk mengembalikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) ke 3 persen pada 2023.

Menurutnya, kondisi itu membuat peluang pertumbuhan ekonomi 2022 untuk mencapai skenario optimistis di angka 5,1 persen sangat terbuka. Namun, Ari mengingatkan agar pemerintah tidak mendorong pertumbuhan ekonomi terlalu cepat.

"Dengan skenario seperti ini, pertumbuhan 4,1 persen, 4,6 persen, atau optimistis 5,1 persen itu masih sangat terbuka. Intinya kita tidak usah terlalu cepat dulu karena faktor inflasi masih ada di belakang kita, dan inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat," ujar Ari pada Kamis (3/2/2022).

Dia menilai bahwa Indonesia perlu berkaca dari kondisi Amerika Serikat yang mengalami inflasi hingga 7 persen. Kenaikan inflasi yang terlalu cepat dapat berakibat kepada naiknya suku bunga.

"Kita bisa belajar dari situ bahwa ternyata mengendalikan inflasi itu penting dan terkait dengan mengendalikan kesehatan," ujar Ari.

Penyebaran Covid-19 varian omicron pada awal 2022 perlu menjadi perhatian karena laju penularan yang cepat membuat penambahan kasus harian dan keterisian rumah sakit tereskalasi dalam waktu singkat. Menurut Ari, penyebaran omicron ini dapat menentukan kondisi perekonomian.

Dia memperkirakan bahwa jika penyebaran omicron dapat terkendali pertumbuhan ekonomi 2022 bisa mencapai skenario optimistis. Namun, dia melihat bahwa skenario konservatif di angka 4,6 persen mungkin terjadi.

"Ada pergerakan bersama antara indikator kesehatan dan ekonomi. Kalau data omicron sudah naik sedikit, masyarakat konsumen mulai menahan, pertama, pembelian barang tahan lama ditahan. Berarti pengendalian pandemi tetap penting," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper