Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BKF: Faktor Cuaca hingga Pandemi Pengaruhi Inflasi Januari 2022

BKF menilai bahwa faktor cuaca basah berkontribusi terhadap kenaikan harga komoditas, yang kemudian memengaruhi tingkat inflasi. Cuaca memengaruhi produksi dari berbagai komoditas, terutama yang mendorong inflasi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacariburn
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacariburn

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Kebijakan Fiskal atau BKF Kementerian Keuangan menilai bahwa sejumlah faktor memengaruhi kenaikan inflasi pada Januari 2022, dari cuaca basah hingga pandemi Covid-19. Kondisi inflasi terus menjadi perhatian pemerintah di tahun konsolidasi fiskal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju laju inflasi Januari 2022 tercatat 2,18 persen (year-on-year/YoY), naik dari Desember 2021 di angka 1,87 persen (yoy). Adapun, secara bulanan inflasi tercatat di angka 0,56 persen.

Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu menilai bahwa kenaikan inflasi pada Januari 2022 terjadi seiring menguatnya aktivitas konsumsi masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan catatan BPS bahwa pendorong inflasi berasal dari komoditas daging ayam ras, ikan segar, beras, serta perlengkapan dan peralatan rumah tangga.

Febrio pun menilai bahwa faktor cuaca basah berkontribusi terhadap kenaikan harga komoditas, yang kemudian memengaruhi tingkat inflasi. Cuaca memengaruhi produksi dari berbagai komoditas, terutama yang mendorong inflasi.

Komponen lainnya yang mendorong inflasi Januari 2022 adalah bahan bakar rumah tangga, karena adanya kenaikan harga liquefied petroleum gas (LPG). Berbagai faktor itu menjadi perhatian pemerintah untuk menjaga stabilitas keuangan.

"Pemerintah senantiasa menjaga harga-harga energi domestik seperti bahan bakar minyak [BBM] pada harga yang tetap meski terjadi kenaikan harga komoditas. Hal ini ditujukan agar daya beli masyarakat terhadap kebutuhan energi pokok tetap terjaga," ujar Febrio pada Rabu (2/2/2022).

Inflasi inti melanjutkan tren peningkatan, yakni mencapai 1,84 persen (yoy) yang naik dari Desember 2021 di angka 1,56 persen (yoy). Menurut Febrio, naiknya mobilitas masyarakat memengaruhi permintaan sehingga mendorong peningkatan inflasi inti di tengah risiko tekanan inflasi impor (imported inflation) sebagai dampak masih tingginya harga komoditas.

Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) Januari 2022 mencapai 3,35 persen (yoy), naik dari Desember 2021 di angka 3,20 persen (YoY).

Meningkatnya permintaan sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi, yang menurut Febrio, konsumen rumah tangga maupun sektor akomodasi dan restoran telah mendorong kenaikan harga.

"Pemerintah terus berkomitmen untuk menjaga momentum pemulihan konsumsi masyarakat dengan masih memberlakukan kebijakan akomodatif pada harga energi domestik ke depan.

Selain itu secara umum, untuk menjaga stabilitas harga di tingkat nasional, pemerintah pusat dan daerah selalu berkoordinasi dengan Bank Indonesia serta otoritas terkait untuk menciptakan bauran kebijakan yang tepat," ujar Febrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper