Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Januari 2022 mencapai 0,65 persen, atau naik 107,66 menjadi 108,26. Dari capaian tersebut, inflasi secara tahunan (year on year/yoy) berada pada level 2,18 persen.
Inflasi ini jauh lebih tinggi dari inflasi di bulan Desember 2021, yang hanya sebesar 0,57 persen. Inflasi ini lebih tinggi dari inflasi Januari 2021 dan Januari 2020.
"Secara tahunan, inflasi Januari 2022 ini merupakan angka tertinggi sejak Mei 2020 dimana saat itu terjadi inflasi 2,19 persen," papar Kepala BPS Margo Yuwono.
Dia menambahkan dari pemantauan BPS di 90 kota, inflasi terjadi di 85 kota. Sementara itu, kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga 1,53 persen, dipicu kenaikan harga ayam ras dengan andil sebesar 0,16 persen. Kemudian inflasi terendah di Manokwari 0,02 persen didorong oleh.
Adapun, deflasi tertinggi terjadi di Mobagu sebesar 0,66 persen akibat andil deflasi ikan c 0,30 persen, serta cakalang 0,18 persen. Lebih lanjut, deflasi terendah di Jayapura 0,04 persen.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, BPS mencatat andil inflasi Januari 2022 terbesar berasal dari makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,30 persen dengan inflasi 1,17 persen.
Baca Juga
"Komoditas terbesar andilnya daging ayam ras sebesar 0,07 persen dan ikan segar 0,06 persen," paparnya.
Adapun, andil terbesar kedua disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,10 persen dan inflasinya sebesar 0,51 persen. Ini kalau dilihat terbesar inflasi Januari andilnya berasal dari bahan bakar rumah tangga sebesar 0,06 persen.
"Hal ini disebabkan kenaikan LPG non subsidi," ungkap Margo.