Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor industri pengolahan memperlihatkan capaian yang jauh lebih positif pada tahun ini dibandingkan dengan 2020. Tetapi kalangan pengusaha menilai kinerja belum menayamai situasi sebelum pandemi.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin Indonesia bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan dinamika di lapangan sepanjang 2021 masih belum mendukung operasional industri pengolahan. Terdapat sejumlah kendala seperti pengetatan selama PPKM dan logistik ekspor yang menghambat kinerja.
Shinta juga berpendapat kinerja industri pengolahan dalam ekspor nonmigas belum maksimal. Hasil positif yang sejauh ini dicetak dia nilai lebih banyak disumbang oleh kenaikan signifikan pada produk berbasis komoditas seperti minyak sawit, serta besi dan baja.
“Untuk industri pengolahan lain yang sebelum pandemi menjadi primadona ekspor seperti garmen, sepatu, produk otomotif dan komponen elektronik masih belum sepenuhnya bisa mengembalikan kinerja ke level sebelum pandemi karena pemulihan permintaan pasarnya belum sekuat masa prapandemi,” kata Shinta, Kamis (23/12/2021).
Situasi ini, lanjut Shinta, membuat dampaknya ke pemulihan ekspor masih terbatas. Dia memperkirakan pemulihan penuh akan terjadi pada 2022 di hampir seluruh industri pengolahan karena perbaikan permintaan yang lebih merata baik di dalam negeri maupun dalam level global.
“Tentu ini dengan catatan tidak ada disrupsi yang berarti dalam bentuk outbreak atau pengetatan PPKM yang panjang,” tambahnya.
Shinta juga memproyeksikan kontribusi industri pengolahan dalam ekspor bisa meningkat, terutama untuk produk ekspor manufaktur unggulan yang sebelumnya menjadi primadona.
Peningkatan juga bisa lebih tinggi bila kendala kelangkaan kontainer dan tingginya biaya logistik, serta masalah pembiayaan dan pemenuhan standar bisa diatasi dengan dukungan pemerintah.