Bisnis.com, JAKARTA - Harga berjangka minyak naik mendekati US$72 per barel seiring dengan penurunan pada persediaan minyak mentah di AS. Sementara itu, krisis energi di Eropa meningkatkan prospek permintaan yang lebih besar.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (22/12/2021), harga berjangka di New York ditutup naik 3,7 persen pada Selasa setelah berlomba dengan aset keuangan lainnya.
Pada saat yang sama, American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak turun 3,67 juta barel pada pekan lalu.
Harga gas alam di Eropa melonjak setelah Rusia menahan arus, memaksa Prancis meningkatkan impor listrik dan mengkonsumsi minyak agar memastikan lampu tetap menyala. Cuaca dingin juga telah memperburuk krisis.
Minyak siap tercatat rebound dari pandemi selama setahun penuh. Namun, pergerakannya sempat goyah dalam beberapa bulan terakhir lantaran kekhawatiran kemunculan varian virus omicron.
Beberapa tanda-tanda melemahnya konsumsi telah muncul di Asia dan struktur pasar minyak mentah telah melemah secara signifikan, menunjukkan akan adanya kelebihan pasokan dalam waktu dekat.
Baca Juga
Sementara itu, persediaan gasolin naik 3,7 juta barel pada pekan lalu dan penyimpanan minyak mentah utama di Cushing, AS naik 1,27 juta barel. Adapun pasokan sulingan menurun.
Krisis energi Eropa semakin dalam saat omicron menyebar ke seluruh kawasan, membuat prospek ekonomi semakin suram. Krisis diesel di Eropa perparah dengan kesulitan mengakses penyulingan Pantai Teluk AS yang memprioritaskan permintaan domestik dan pembeli di Amerika Latin.