Bisnis.com, JAKARTA — Tahun 2021 hampir berakhir, tetapi pandemi Covid-19 tak kunjung mereda. Sampai-sampai pertumbuhan ekonomi nasional pun melambat. Namun, kita tak perlu pesimistis menyongsong 2022.
Pasalnya, pemerintah optimistis pemulihan ekonomi tahun depan akan terakselerasi, sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022, Rabu (15/12/2021).
Berita tersebut menjadi salah satu dari lima berita pilihan utama yang disajikan Bisnisindonesia.id, Kamis (16/12/2021).
Selain itu ada pula berita mengenai pembangkit hijau, persiapan sejumlah emiten untuk rights issue, target investasi hingga Rp1.200 triliun, hingga harga cabai rawit yang mulai merangkak naik.
Berikut ini ulasan singkat lima berita pilihan utama Bisnisindonesia.id.
Ekonomi 2022, Meniti di Jalan Tak Mulus
Pemerintah meyakini pemulihan ekonomi akan terakselerasi tahun depan sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat. Namun, risiko rebound yang lebih lambat tetap ada seiring dengan kemunculan virus corona varian baru dan dinamika ekonomi global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa arah pemulihan ekonomi 2022 tetap berada di jalurnya dengan perkiraan pertumbuhan di atas 5 persen, lebih cepat dari laju produk domestik bruto tahun ini yang diestimasi 4 persen. Namun, beberapa kemungkinan dapat memperlambat pemulihan, seperti kemunculan varian baru, normalisasi harga komoditas, kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed fund rate), dan dinamika ekonomi global.
“Tentu pemulihan bukan suatu proses yang selalu linear dan mulus,” ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022, Rabu (15/12/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan minat investasi di Indonesia yang masih tinggi mengundang prospek cerah ekonomi tahun depan.
“Kita juga hampir tidak ada masalah dengan investasi, karena saya bisa ceritakan orang-orang rebutan untuk berinvestasi di Indonesia. Ini bukan omong atau janji,” kata Luhut.
Menilik Agresivitas PLN Menghijaukan Pembangkit Listrik
Pemerintah telah menargetkan untuk menekan emisi karbon sebesar 1.500 juta ton karbon dioksida ekuivalen yang dihasilkan dari sektor energi hingga 2060.
Berkaca dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, total emisi dari sektor energi pada tahun lalu tercatat sebesar 587 juta ton karbon dioksida ekuivalen.
Emisi tersebut dihasilkan oleh pembakit fosil, kilang minyak, pengolahan batu bara dan emisi fugitif, kegiatan komersial, industri manufaktur, dan transportasi.
Tuntutan energi yang lebih bersih di masa depan membuat PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus lebih cermat dalam memproduksi listrik.
Mau tidak mau, perusahaan listrik pelat merah itu harus lebih agresif untuk menghijaukan pembangkit listriknya.
PLTU Paiton di Jawa Timur.-Sumber: PLN
Sambut Momentum Ekspansi 2022, Emiten Bersiap Rights Issue
Sejumlah emiten telah mempersiapkan rencana ekspansi pada 2022 mendatang dan bersiap untuk melakukan penambahan modal melalui aksi emisi saham baru dengan memberikan hak untuk memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Emiten tekstil dan garmen PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) menjadi salah satu emiten yang akan menggelar rights issue pada 2022. Rights issue ini dilakukan oleh perseroan sebagai bagian dari proses restrukturisasi utang perseroan.
Emiten lainnya yang akan menggelar rights issue yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS). Perseroan bahkan telah mengantongi izin dari OJK untuk menerbitkan saham baru sebanyak 23.630.673.389 saham dengan harga Rp70 per lembar saham.
Selanjutnya, ada PT Berlina Tbk. (BRNA) yang juga berencana untuk melakukan aksi korporasi serupa. Langkah ini juga tengah mendapatkan restu dari pemegang saham pada RUPS Mei 2021 lalu. Dalam rencana PMHMETD perseroan, porsi saham yang akan ditawarkan sekitar 18-20 persen.
Di sektor keuangan, dua bank kecil yang sudah mengonfirmasi akan melakukan aksi rights issue yakni PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) dan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR). Keduanya merupakan bank yang menjadi sasaran investasi investor asal Korea Selatan.
Kejar Target Investasi Rp1.200 Triliun, 4 Potensi Dipetakan
Pemerintah memetakan sejumlah potensi investasi yang dapat digali untuk mengejar target penanaman modal tahun depan senilai Rp1.200 triliun.
Target itu dipasang karena Indonesia membutuhkan peningkatan realisasi investasi 22 persen hingga 33 persen untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 5,4 persen sampai dengan 6 persen pada 2022.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan menyebutkan empat alasan yang membuat pemerintah optimistis mampu mencapai target itu.
Dua dari empat alasan tersebut antara lain sebagian investor sudah melakukan belanja modal dengan kemajuan proyek yang bervariasi, mulai dari konstruksi, produksi, komersial, hingga ekspansi.
Selain itu, investasi mangkrak senilai Rp708 triliun per November 2019 yang saat ini Rp550 triliun di antaranya sudah terealisasi. BKPM akan membantu merealisasikan sisa investasi yang masih idle.
Curah Hujan Tinggi Bikin Harga Cabai Rawit Memanas
Curah hujan yang tinggi saat ini berdampak terhadap produksi tanaman hortikultura, tak terkecuali cabai rawit. Akibatnya, harga komoditas tersebut di sejumlah daerah mulai merangkak naik.
Di Jawa Timur, misalnya, kenaikan harga cabai rawit sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir ini terus merangkak naik.
Harga cabai rawit di tingkat petani saat ini sudah mencapai Rp50.000/kg. Harga tersebut terus merangkak naik perlahan-lahan sehingga harga di tingkat pasar pun telah mencapai Rp75.000/kg.
Sementara itu, harga cabai rawit di Kota Yogyakarta terhitung sejak masuk musim hujan pada pertengahan November hingga pertengahan Desember jura merangkak naik dan kini mencapai Rp75.000/kg.
Jika dibandingkan dengan harga termurah cabai rawit beberapa waktu lalu, harga saat ini sudah mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat.