Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momentum Akhir Tahun, Baru Bara to the Moon

Bursa mencatat emas hitam secara berturut-turut mencapai US$184,50 per metrik ton dan US$180,45 per metrik ton.
Tumpukan batu bara di dekat Train Loading Station (TLS) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan. PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 37 juta ton pada tahun 2022 mendatang./Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho
Tumpukan batu bara di dekat Train Loading Station (TLS) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan. PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 37 juta ton pada tahun 2022 mendatang./Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas batu bara global kembali memanas seiring dengan tingginya permintaan dunia menjelang puncak musim dingin pada akhir tahun nanti.

Berdasarkan bursa ICE Newcastle, harga batu bara berada di kisaran US$158 per metrik ton untuk kontrak November pada Kamis (25/11/2021). Harga ini turun satu poin dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Sementara untuk kontrak Desember 2021 - Januari 2022, komoditas ini kembali mendapatkan momentumnya.

Bursa mencatat emas hitam secara berturut-turut mencapai US$184,50 per metrik ton dan US$180,45 per metrik ton. Peneliti dari Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan bahwa harga komoditas mengalami lonjakan kuat seiring dengan tingginya permintaan dari sejumlah negara termasuk Eropa.

"Harga akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun karena permintaan akan terus tinggi ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/11/2021).

Mineral One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membukukan realisasi produksi batu bara telah mencapai 544,35 juta ton atau 87,10 persen dari target 625 juta ton.

Dari total produksi tersebut, 262,10 juta ton telah disalurkan ke pasar ekspor. Angka ini masih sekitar 53,76 persen dari rencana ekspor tahun ini yakni 487,50 juta ton.

Sepanjang semester II/2021, batu bara terus mengalami peningkatan harga. Kondisi ini disebabkan tingginya permintaan yang tidak diiringi dengan suplai memadai. Situasi krisis energi di sejumlah negara termasuk China, India, Inggris hingga Eropa turut menopang pertumbuhan harga batu bara.

Negara tersebut terpaksa mengoperasikan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan batu bara akibat harga bahan bakar migas naik signifikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper