Bisnis.com, JAKARTA - Tren surplus neraca dagang Indonesia pada Oktober 2021 diperkirakan berlanjut, tetapi semakin menyusut akibat sejumlah faktor.
Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira memperkirakan surplus neraca dagang Oktober 2021 akan turun ke kisaran US$3,9 miliar sampai dengan US$4 miliar, dari capaian bulan sebelumnya sebesar US$4,37 miliar.
Bhima menyebut faktor utama dari penurunan perolehan surplus neraca dagang berasal dari rendahnya kinerja ekspor non-migas.
"Faktor utama penurunan berasal dari rendahnya kinerja ekspor nonmigas. Koreksi harga komoditas batu bara mencapai minus 37 persen dibanding bulan sebelumnya, kemudian aluminium -12 persen persen dan CPO minus -1,7 persen mtm," katanya kepada Bisnis, Minggu (14/11/2021).
Selain itu, disrupsi logistik turut memengaruhi kinerja ekspor pada Oktober 2021. Hambatan dalam bentuk kelangkaan kontainer dan pekerja di pelabuhan internasional yang belum optimal berdampak pada penurunan kinerja ekspor.
Pada saat yang sama, Bhima mengatakan hal ini bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk tidak terlalu mengandalkan komoditas mentah dan olahan primer. Adanya supercycle commodity tidak akan berdampak positif jika tidak disertai oleh kesiapan logistik.
Baca Juga
Di sisi lain, pulihnya permintaan domestik sejalan dengan pelonggaran PPKM telah memicu kenaikan impor. Hal ini turut berkontribusi terhadap penurunan surplus neraca dagang Oktober 2021.
Tidak hanya itu, semakin dekatnya peak season Natal dan Tahun Baru turut mengakibatkan naiknya belanja masyarakat baik untuk pangan dan non-pangan, sehingga impor ikut mengalami peningkatan.
"Tapi perlu diwaspadai juga imported inflation karena biaya produksi barang-barang impor meningkat sehingga laju impor juga terhambat," tutup Bhima.