Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis perekonomian Indonesia pada kuartal IV/2021 bisa meningkat pertumbuhannya sehingga target 2021 yang ditetapkan bisa tercapai.
Adapun, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 tercatat sebesar 3,51 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan dengan kuartal II/2021 yaitu 7,07 persen (yoy). Secara kuartalan, PDB RI pada periode tersebut tumbuh 1,55 persen (quarter-to-quarter/qtq).
Ke depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 di kisaran 3,7-4,5 persen (yoy). Airlangga mengatakan sebab capaian kuartal III/2021 yang melambat, dia menargetkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2021 sebesar 6 persen (yoy) agar bisa mencapai target 2021 yang telah ditetapkan.
"Di akhir 2021 ini, untuk mencapai pertumbuhan 4 persen [yoy], maka di kuartal [keempat] kita harus genjot di angka 6 persen [yoy]," jelas Airlangga pada konferensi pers, Senin (8/11/2021).
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi berdasarkan belanja, yaitu konsumsi pemerintah, diperkirakan Airlangga akan pulih pada kuartal IV/2021. Sebelumnya pada kuartal III/2021, pertumbuhan konsumsi pemerintah hanya sebesar 0,66 persen (yoy), atau jatuh dari capaian kuartal sebelumnya sebesar 8,03 persen (yoy).
Airlangga lalu menilai pertumbuhan pada kuartal III/2021 masih terbilang baik, meksipun melambat, dengan sejumlah sektor bahkan tumbuh di atas pertumbuhan nasional. Sektor-sektor tersebut meliputi industri pengolahan (3,68 persen yoy); perdagangan (5,16 persen yoy); konstruksi (3,84 persen yoy); dan pertambangan (7,78 persen yoy).
Baca Juga
Lalu, indikator perbaikan menuju kuartal IV/2021 yang sudah terlihat saat ini adalah Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
PMI Manufaktur September 2021 tercatat sebesar 52,2 poin, meningkat dari 43,7 pada bulan sebelumnya, sehingga menunjukkan adanya ekspansi. Selanjutnya, IKK Oktober 2021 sudah kembali memasuki zona optimis yaitu sebesar 113,4, meningkat dari 95,5 pada bulan sebelumnya.
"Dari segi investasi juga ada kenaikan. Sehingga tentu kalau kita lihat di kuartal IV/2021, harapannya dengan PMI yang ekspansif, maka kepercayaan konsumen juga kelihatan sudah naik," tutur Airlangga.
Tidak hanya itu, dari segi ketenagakerjaan, Airlangga menyebut saat ini sudah terjadi adanya perekrutan pekerja kembali (re-hire). Hal ini mendorong tingkat pengangguran yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) turun dari 9,77 juta orang pada Agustus 2020, ke 9,1 juta pada Agustus 2021.
Airlangga juga menyebut stabilitas makroekonomi Indonesia saat ini turut memberikan optimisme, meskipun beberapa mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
Cadangan devisa per Oktober 2021 tercatat US$145,5 miliar, atau turun tipis dari dari posisi bulan sebelumnya yaitu US$146,9 miliar. Tren surplus neraca dagang berlanjut hingga September 2021 dengan perolehan sebesar US$4,37 miliar, menurun dari bulan sebelumnya US$4,74 miliar.
"Demikian nilai tukar [rupiah] dan IHSG relatif stabil, serta [defisit] transaksi berjalan juga baik. Sehingga tentu ini merupakan resiliensi kita terhadpa gejolak perekonomian," katanya.
Gejolak yang dimaksud oleh Airlangga tersebut di antaranya seperti normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yaitu tapering off, yang belum lama ini diumumkan akan dimulai pada bulan ini. Namun, Airlangga mengklaim sejumlah lembaga internasional memprediksi Indonesia akan siap menghadapi risiko dari pengurangan pembelian aset oleh bank sentral AS.
Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menambahkan bahwa nantinya indikator perekonomian yang sempat menurun di kuartal III/2021, akan pulih pada kuartal IV/2021. Tidak hanya dari belanja pemerintah.
Menurutnya, konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya pada kuartal III/2021 melambat ke 1,03 persen (yoy), akan meningkat seiring dengan dibukanya kembali perekonomian dan pelonggaran pengetatan PPKM.
Mandiri Spending Index (MSI) mencatat adanya pergerakan kembali pada kegiatan belanja masyarakat ke zona positif pada September 2021, setelah sebelumnya jatuh pada awal kuartal III/2021 hingga mencapai level terendah sejak awal tahun. Hal ini disebabkan oleh PPKM Darurat yang diterapkan untuk menahan laju penyebaran varian Delta.
Pada pertengahan September 2021, MSI telah kembali ke zona positif dan sekarang berada sekitar 4 persen di atas level prapandemi.
"Menyelamatkan nyawa manusia adalah pilihan prioritas utama Ppemerintah sehingga PPKM diperketat ke level 4 dan 3. Implikasinya mobilitas dibatasi sehingga kegiatan ekonomi menurun. Jadi memang wajar semua pertumbuhan komponen aggregate demand menurun," katanya kepada Bisnis, Senin (8/11/2021).
Akan tetapi, Iskandar mengingatkan bahwa risiko penyebaran Covid-19 perlu diwaspadai, seiring dengan pelonggaran pembatasan. Hal itu bisa memengaruhi aktivitas konsumsi, apabila eskalasi kasus Covid-19 kembali terjadi pada akhir 2021.
"Konsumsi diperkirakan meningkat seiring dengan dibukanya ekonomi karena [kasus] Covid-19 menurun. Indikator konsumsi seperti mal, resto dan tempat perbelanjaan ramai sejak September 21. Risiko Covid-19 tetap perlu diwaspadai," tutupnya.