Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 tercatat sebesar 3,51 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), atau secara kuartalan 1,55 persen (quarter-to-quarter/qtq).
Pertumbuhan pada periode tersebut didorong utamanya oleh kinerja investasi dan ekspor, yang tumbuh masing-masing sebesar 3,74 persen (yoy) dan 29,16 persen (yoy).
Keduanya tumbuh melambat jika dibandingkan dengan kuartal II/2021, dengan ekspor mencatatkan penurunan tipis dari perolehan pada kuartal sebelumnya sebesar 31,98 persen (yoy).
Ke depannya, kinerja ekspor akan terus didukung oleh momentum kenaikan harga komoditas dan pemulihan ekonomi global hingga akhir tahun.
"Permintaan eksternal yang kuat di tengah pemulihan ekonomi global akan tetap berkontribusi khusus terhadap PDB," tulis Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman pada kajiannya yang dikutip Bisnis, Jumat (5/11/2021).
Komoditas utama yang mendorong kinerja ekspor Indonesia masih didominasi oleh sektor yang berasal dari Sumber Daya Alam (SDA), seperti sektor pertambangan dan perkebunan. Utamanya, yaitu batu bara dan CPO.
Baca Juga
Faisal mengatakan pemerintah perlu memanfaatkan momentum kenaikan harga komoditas tersebut, karena hanya dapat dimanfaatkan pada jangka pendek saja.
Pada jangka panjang, menurutnya Indonesia perlu lebih mendorong peningkatan produktivitas sektor industri dan mendorong pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
"Momentum naiknya harga komoditas harus dapat dimanfaatkan pada jangka pendek. Karena, ke depan indonesia agar lebih sustain growth-nya harus tetap mempercepat agenda structural reform dan reindustrialisasi," ujar Faisal.
Selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan, bersandar pada ekspor SDA dinilai rentan terhadap volatilitas harga komoditas dunia. Misalnya, adanya kenaikan harga batu bara yang tinggi karena harga batu bara dunia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha M. Rachbini mengatakan Indonesia perlu memikirkan jalan keluar agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada volatilitas harga SDA dunia.
Dia menyebut pertumbuhan net eskpor lebih baik karena membaiknya pasar secara global yang mulai pulih dari pandemi, tetapi ada juga faktor harga. Faktor harga tersebut yang secara kuat menjadi momentum bagi perekonomian Indonesia.
"Ke depan, sebagaimana IMF forecast bahwa harga batubara bisa jadi akan turun kembali. Karena itu harus dipikirkan bagaimana jalan keluar agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada volatilitas harga SDA dunia," jelas Eisha.