Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Pesanan Ekspor, Industri Tekstil Kerek Volume Produksi

Rata-rata utilisasi industri tekstil berorientasi ekspor mencapai 100 persen. Sejumlah pelaku usaha bahkan menambah kapasitas
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat. /JIBI-Rahmatullah
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat. /JIBI-Rahmatullah

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah industri berorientasi ekspor menaikan kapasitas produksi, seiring dengan meningkatnya permintaan di negara destinasi. Meski demikian, volume ekspor belum menyamai level sebelum pandemi Covid-19.

“Kami sudah mulai menaikkan produksi, tetapi untuk menyamai level sebelum pandemi kami perkirakan baru tahun depan,” kata Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto, Kamis (28/10/2021).

Anne mengatakan rata-rata utilisasi industri tekstil berorientasi ekspor mencapai 100 persen. Sejumlah pelaku usaha bahkan menambah kapasitas.

Dia juga memastikan ekspor garmen Indonesia tidak mengalami penyesuaian harga imbas dari masalah logistik global yang belum terurai. Sebagian eksportir, kata dia, melakukan pengiriman dengan skema freight on board (FOB) alias biaya kontainer dibayar oleh pembeli.

“Jadi misal ada penyesuaian harga karena logistik, itu keputusan buyers ke pasar masing-masing,” tambahnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa volume ekspor produk tekstil dengan kode HS 61 selama Januari sampai Agustus 2021 mencapai 160.854 ton, jauh lebih tinggi dari pada periode yang sama pada 2019 dan 2020 yang masing-masing sebesar 152.474 ton dan 147.982 ton.

Sementara untuk kode HS 62 yang merupakan pakaian atau aksesoris pakaian bukan rajutan, volume ekspor selama Januari sampai Agustus 2021 sebesar 105.993 ton. Volume ini lebih rendah dari pada capaian pada periode yang sama di 2019 dan 2020 yang masing-masing sebesar 126.598 ton dan 111.163 ton.

Terpisah, Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Bernard Riedo memastikan ekspor untuk produk turunan CPO dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan domestik.

Sementara dari sisi penyesuaian kapasitas produksi untuk mengimbangi permintaan yang naik, dia mengatakan pelaku usaha tetap mempertimbangkan kondisi pasokan bahan baku.

“Sejauh ini kendala produksi [produk turunan] tidak ada. Namun kapasitas tentu sejalan dengan pasokan bahan baku,” katanya.

Data pelaku industri yang dihimpun oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperlihatkan bahwa produksi CPO pada Agustus 2021 sebesar 4,21 juta ton, naik dari pada produksi Juli 2021 yang berjumlah 4,05 juta ton. Secara total, produksi pada Januari sampai Agustus 2021 mencapai 33,57 juta ton, naik dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 32,53 juta ton pada periode yang sama.

Dari sisi ekspor, akumulasi volume produk olahan CPO yang dikirim ke luar negeri selama Januari sampai Agustus 2021 adalah 16,99 juta ton. Volume ini jauh meningkat dibandingkan dengan ekspor olahan CPO periode yang sama tahun lalu sebesar 12,89 juta ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper