Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi CPO Turun, GIMNI Jamin Pasokan Minyak Goreng Aman

GIMNI menjamin pasokan minyak goreng tetap aman kendati terjadi produksi CPO turun pada semester II/2021.
Ilustrasi minyak goreng. /Antara
Ilustrasi minyak goreng. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menjamin pasokan minyak goreng dalam negeri tetap aman kendati terjadi penurunan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada semester II/2021.

Ketua Umum GIMNI Bernard Riedo mengatakan asosiasinya telah bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan untuk memastikan pasokan minyak goreng tetap terjaga di tengah masa siklus komoditas dunia. Ketersediaan pasokan itu juga bakal menjaga tren kenaikan harga minyak goreng di tingkat konsumen beberapa waktu terakhir.

“Sebagai asosiasi produsen minyak goreng bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan pasokan minyak goreng tetap terjaga dan tersedia,” kata Bernard kepada Bisnis.com, Rabu (27/10/2021).

Ihwal kenaikan harga minyak goreng, Bernard yakin komoditas strategis itu tidak bakal naik signifikan kendati CPO mengalami permintaan yang tinggi di pasar dunia. Diprediksi harga minyak goreng dalam negeri bakal berangsur turun pada akhir tahun ini.

“Harga diprediksi mulai tren penurunan di akhir tahun, karena beberapa negara destinasi ekspor masuk musim dingin dan biasanya pemakaian minyak sawit berkurang,” kata dia.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga eceran nasional untuk minyak curah berada di posisi Rp15.100 per liter atau naik 6,34 persen jika dibandingkan bulan lalu. Sementara itu, harga minyak goreng kemasan naik 3,66 persen dari bulan lalu menjadi Rp17.000 per liter.

Adapun ketersediaan minyak goreng per 25 Oktober 2021 mencapai 628.640 ton dengan ketahanan 1,49 bulan. Perinciannya, stok minyak goreng yang dimiliki oleh produsen anggota GIMNI sebesar 628.300 ton dan Perum Bulog sebesar 340,14 ton.

Sebelumnya, Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan adanya penurunan produksi CPO pada semester II/2021 mencapai 10 persen dari target awal yang ditetapkan.

Wakil Ketua Umum III Gapki Togar Sitanggang mengatakan penurunan produksi itu bakal berdampak langsung pada kinerja ekspor dan pasokan bahan baku untuk produk hilir dalam negeri.

“Kalau ekspor tetap tinggi sementara produksi kurang maka pasokan dalam negeri bisa sedikit,” kata Togar, Rabu (27/10/2021).

Adapun, Togar menuturkan, turunnya target produksi pada semester II/2021 disebabkan karena proses tanam pada 2019 tidak optimal. Saat itu, pelaku usaha kelapa sawit dihadapi musim kering dan pupuk yang relatif sedikit.

“Pupuk pada 2019 dan sebelumnya karena harga rendah, memilih untuk tidak memupuk waktu itu,” kata dia.

Berdasarkan data dari sejumlah asosiasi perkelapasawitan, total produksi CPO pada tahun lalu mencapai 51,58 juta ton. Sebanyak 34 juta ton (66 persen) diekspor dan 17,34 juta ton (34 persen) terserap di dalam negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper