Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Tinggi, Tren Neraca Dagang Surplus Diramal Berlanjut

Tren surplus diperkirakan tetap berlanjut yang didorong oleh harga komoditas.
Petugas dibantu alat berat memindahan kontainer dari kapal ke atas truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5). JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya
Petugas dibantu alat berat memindahan kontainer dari kapal ke atas truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5). JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada September 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang pada bulan tersebut sebesar US$4,37 miliar.

Surplus ini turun dari capaian Agustus lalu sebesar US$4,74 miliar. Meski demikian, ini berarti tren surplus tetap berlanjut dan ini merupakan ke-17 kalinya sejak Mei 2020.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memperkirakan tren surplus akan berlanjut dan dipengaruhi oleh harga komoditas yang tinggi setidaknya sampai akhir tahun ini.

"Kami masih melihat harga komoditas yang tinggi setidaknya hingga akhir tahun dan tren surplus neraca dagang bertahan lama," kata Wisnu kepada Bisnis, Jumat (15/10/2021).

Berkah harga komoditas yang tinggi terlihat dari kinerja ekspor yang tumbuh 47,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) berkat dorongan CPO dan batu bara. Meski demikian, pertumbuhan eskpor lebih rendah dari 64,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Harga CPO dan batu bara naik sebesar 7-10 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada September 2021. "Permintaan batu bara dari China naik di tengah mati listrik dan penutupan PLTU," tambah Wisnu.

Di sisi lain, impor tumbuh 40,3 persen (yoy) pada periode yang sama. Pertumbuhan itu lebih rendah dari 55,3 persen pada Agustus 2021. Pertumbuhan pada September itu didukung oleh impor bahan mentah dan barang konsumsi seiring dengan pemulihan aktivitas ekonomi.

Meski tren surplus bisa berlanjut, ke depannya angka surplus diperkirakan berkurang seiring dengan kenaikan harga minyak sementara permintaan domestik secara bertahap pulih berkat relaksasi mobilitas.

"Faktor eksternal yang kuat ini akan membantu menstabilkan rupiah di tengah ketidakpastian keuangan global," pungkas Wisnu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper