Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir disebut tidak berpengaruh besar terhadap investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi dalam negeri. Tetapi, hal itu akan berdampak terhadap keekonomian kontraktor yang lebih baik.
Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto berpendapat kenaikan yang terjadi pada saat ini lebih bersifat jangka pendek karena disebabkan kondisi pemulihan permintaan yang lebih cepat jika dibandingkan sisi pasokan yang ada.
Kondisi lain yang mendorong kenaikan harga minyak dalam jangka pendek adalah kondisi musim dingin yang semakin meningkatkan permintaan komoditas energi di sejumlah negara meningkat. Dengan demikian, kondisi kenaikan jangka pendek tersebut dinilai hanya akan memberikan dampak yang terbatas terhadap kondisi investasi di dalam negeri.
"Karena masih hanya short term jangan terlalu berekspektasi bahwa ini akan memicu atau menjadi faktor yang utama di dalam investasi bergairah, karena ini terjadi di mana-mana, jadi situasi investasinya tetap terjadi di mana-mana, jadi situasi kompetisi yang mengalami kenaikan harga bukan hanya di Indonesia tapi juga di tempat lain," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).
Pri Agung mengatakan kondisi kenaikan harga minyak dalam jangka pendek hanya akan mempengaruhi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor migas. Selain itu, keekonomian kontraktor akan turut terdongkrak atas sentimen tersebut.
"Hanya dari sisi keekonomian membantu proyek-proyek membantu cashflow dari eksisting operator yang beropreasi di manapun termasuk di Indonesia, tapi belum menjadi faktor pendorong di dalam investasi," ungkapnya.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan dampak kenaikan investasi di dalam negeri sangat bergantung dengan seberapa lama kondisi kenaikan harga minyak berlangsung.
Dia mengatakan apabila harga minyak terus bertengger pada level yang tinggi maka kemungkinan besar akan berdampak positif untuk keputusan investasi hulu migas.
"Saya kira hanya memberikan manfaat di blok-blok yang sudah produksi saja. Untuk blok migas yang masih tahapan eksplorasi kemungkinan tidak terlalu berdampak," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).