Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan bahwa ekonomi hijau merupakan bagian penting dari transformasi ekonomi Indonesia menuju negara maju di 2045.
Suharso menyatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang besar untuk mengembalikan trajectory pertumbuhan ekonomi ke sebelum adanya pandemi Covid-19. Untuk itu, dibutuhkan strategi dan upaya di luar business as usual, termasuk di antaranya adalah ekonomi yang rendah karbon.
"Bappenas menetapkan strategi transformasi ekonomi untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke trajectory sebelum pandemi, dan menempatkan ekonomi hijau sebagai salah satu game changer dari transformasi ekonomi," ujar Suharso pada rangkaian acara Low Carbon Development Week "A Green Economy for a Net-Zero Future: How Indonesia can Build Back Better after COVID-19 with the Low Carbon Development Initiative", Rabu (13/10/2021).
Adapun, pembangunan rendah karbon juga merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pembangunan rendah karbon menjadi tulang punggung dari dari pembangunan berkelanjutan yang kini tengah diupayakan oleh Indonesia guna meminimalisasi dampak perubahan iklim.
Suharso menyebut bahwa dukungan investasi terhadap pembangunan rendah karbon pascapandemi memiliki dua manfaat. Pertama, mendorong peningkatan lapangan kerja hijau (green jobs) dalam jangka pendek.
Kedua, dalam jangka panjang, pembangunan rendah karbon dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Suharso turut meresmikan peluncuran Laporan Low Carbon Development Initiative (LCDI). Laporan ini berisikan analisis ilmiah dari berbagai skenario pembangunan rendah karbon sekaligus upaya menuju emisi nol (net zero emission) di Indonesia pada 2060.
"Atau kita berharap lebih cepat. Berbagai temuan dari laporan ini, menunjukkan bahwa skenario net zero emission memberikan hasil pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dalam jangka panjang dan mendukung visi Indonesia 2045," pungkas Suharso.
Adapun, Bappenas menyebut dengan intervensi yang tepat pertumbuhan ekonomi Indonesia potensial dari 2022 hingga 2045 diperkirakan sebesar 6,3 persen. Intervensi kebijakan yang tepat, dan tidak sekadar business as usual, dinilai penting untuk mengembalikan trajectory pertumbuhan ekonomi Indoensia menuju negara berpendapatan tinggi (high-income country) di 2045.
Hal ini penting, tambah Suharso, karena ekonomi Indonesia telah lama tumbuh di bawah potensialnya sejak 2014. Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini stagnan di level 5 persen sebelum pandemi Covid-19, yang akhirnya semakin melemahkan perekonomian sehingga terkontraksi -5,32 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) di 2020.
Padahal, untuk menjadi negara berpendapatan tinggi di 2045, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu melampaui 5 persen.