Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan Gula Rafinasi Naik 5 Persen 2022, Diperkirakan Masih Butuh Impor

Perkiraan kebutuhan sekitar 3,25 juta ton untuk tahun depan. Bila melihat tren produksi, diperkirakan gula untuk industri belum bisa dipasok dari dalam negeri.
Tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulawesi Selatan. /Bisnis-Paulus Tandi Bone
Tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulawesi Selatan. /Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Industri makanan dan minuman memperkirakan kebutuhan gula mentah untuk gula kristal rafinasi (GKR) bakal naik 5 persen pada 2022 dibandingkan dengan tahun ini. Beberapa jenis makanan dan minuman diramal menunjukkan kinerja positif seiring dengan pergerakan ekonomi.

"Beberapa kategori makanan dan minuman yang sempat minus selama 2020 dan 2021 diperkirakan mulai naik. Nantinya akan menyesuaikan kegiatan masyarakat," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman, Kamis (7/10/2021).

Namun, Adhi belum bisa memastikan apakah seluruh kebutuhan GKR di industri makanan dan minuman akan 100 persen diimpor sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Dia mengatakan para pemangku kepentingan akan mengacu pada neraca komoditas yang akan memuat potensi produksi nasional dan kebutuhan total untuk konsumsi dan industri.

"Oktober ini Kemenperin sudah mulai membahas neraca komoditas. Namun jika melihat tren produksi sepertinya untuk industri belum bisa dipasok dari dalam negeri, jadi mau tidak mau impor. Perkiraan kebutuhan sekitar 3,25 juta ton untuk tahun depan," tambahnya.

Jika neraca komoditas diterapkan, Adhi mengemukakan alokasi kebutuhan setahun akan langsung ditetapkan oleh pemerintah. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika alokasi impor gula mentah ditetapkan setiap semester atau kuartal. Dengan ketentuan ini, lanjut Adhi, pelaku usaha akan memperoleh kepastian dalam pengadaan.

Neraca komoditas dinilanya juga akan mempermudah perencanaan pemasukan impor, mengingat harga komoditas pangan cenderung fluktuatif dan memperlihatkan tren kenaikan yang signifikan selama pandemi. Dia menyebutkan harga gula mentah telah bergerak dari US$12 per pon (1 pon sama dengan 0,5 kilogram) pada 2019 menjadi US$20 per pon.

"Kalau alokasi per semester, kami kesulitan mau kontrak atau tidak. Apalagi akibat fluktuasi harga, semua cenderung naik. Dengan adanya neraca komoditas akan menjadi insentif dunia usaha untuk memenuhi kebutuhan," katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa industri makanan dan minuman tumbuh 2,95 persen yoy pada kuartal II/2021, didukung peningkatan produksi CPO dan turunannya serta peningkatan permintaan air mineral. Pada kuartal I/2021, pertumbuhan industri makanan dan minuman berada di angka 2,45 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper