Bisnis.com, JAKARTA – PT Indika Energy Tbk. merevisi target produksi batu bara dengan kenaikan hingga 5,9 juta ton sepanjang 2021 seiring tingginya permintaan emas hitam di pasar global.
Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk. Ricky Fernando menjelaskan bahwa perusahaan berencana meningkatkan produksi menjadi 35,7 juta ton melalui anak usaha PT Kideco Jaya Agung. Angka itu naik dari rencana sebelumnya, yakni 30 juta ton.
Selain itu, peningkatan produksi juga akan dilakukan oleh anak usaha Indika lainnya, yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU). Target produksi direvisi dari sebelumnya 1,4 juta ton menjadi 1,6 juta ton pada 2021.
Lewat kedua anak perusahaannya, Indika menaikan target produksi hingga 5,9 juta ton pada tahun ini.
“Kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai target itu,” katanya kepada Bisnis, Rabu (6/10/2021).
Selain produksi, perseroan juga optimistis terhadap pertumbuhan pendapatan, melihat harga batu bara yang kian memanas.
Baca Juga
Indika membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 14 persen menjadi US$1.288 juta dan laba US$12 juta pada semester I/2021.
Kinerja itu ditopang oleh anak usaha emiten berkode INDY itu pada semester I/2021, yakni melalui Kideco 63 persen, Petrosea 13 persen, PT Indika Indonesia Resources (IIR) 12 persen, Tripatra 7 persen, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS) 2 persen, serta Interport dan lainnya 3 persen.
Sementara itu, Plt Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association Djoko Widajatno menilai, tren meningkatnya ekspor batu bara ditopang oleh tingginya daya beli emas hitam itu akibat krisis energi di sejumlah negara.
Beberapa wilayah yang meningkatkan impor batu bara dari Indonesia, yakni China, Asia Timur termasuk Jepang dan Korea, serta Asia Tenggara. Khusus Jepang, negara itu membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan menggunakan teknologi carbon capture, utilization and storage (CCUS).
“Kalau di masa yang lalu ke China [ekspor] 170 juta ton, paling bisa naik maksimal sebesar 13.63 persen. Akan tetapi, negara lain juga minta bagian. Jadi perkiraan sementara dapat dinaikan jadi 180 juta ton, kenaikan ekspor sepertinya terhenti di 13,63 persen,” tuturnya.