Bisnis.com, JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk. menyatakan optimismenya terhadap prospek bisnis batu bara sepanjang semester II/2021 seiring dengan kenaikan harga batu bara acuan (HBA). Meski begitu perusahaan mengaku tetap akan berhati-hati.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk. Febriati Nadira mengatakan bahwa perusahaan berupaya memaksimalkan keunggulan operasional bisnis inti, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi.
Adaro juga akan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha.
Meski demikian, Adaro tetap akan mengikuti perkembangan pasar dengan terus menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana.
“Kami optimistis terhadap prospek bisnis batu bara di semester I/2021 ini, tetapi akan tetap berhati-hati,” katanya kepada Bisnis, Rabu (6/10/2021).
Seperti diketahui, pemerintah telah menetapkan HBA Oktober 2021 mencapai US$161,63 per metrik ton. Angka iti naik US$11,60 per metrik ton dibandingkan dengan HBA bulan sebelumnya, yakni US$150,03 per metrik ton.
Secara fundamental, korporasi berkode emiten ADRO itu menilai prospek jangka panjang pasar batu bara masih menjanjikan. Hal tersebut juga didukung oleh pertumbuhan, terutama wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan.
“Kami masih me-maintenance ekspor di wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India, dan Selandia Baru. Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan DMO [domestic market obligation],” katanya.
Indonesia, kata dia, menjadi tujuan penjualan terbesar batu bara Adaro Energi dengan porsi mencapai 28 persen sepanjang semester I/2021. Produksi batu bara perseroan pada periode itu pun mencapai 26,49 juta ton, turun 3 persen secara tahunan.
Adapun, volume penjualan menyusut 5 persen secara year on year (yoy) menjadi 25,78 juta ton. Realisasi itu mencakup 49,05–50,94 persen dari target yang dibidik tahun ini, yang berkisar 52 juta ton hingga 54 juta ton. ADRO juga memastikan tidak akan mengubah target produksi 2021.