Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) optimistis ekspor batu bara tetap melaju. Hal ini seiring dengan krisis energi yang dialami China akibat pemulihan ekonomi.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan bahwa China merupakan salah satu negara tujuan ekspor perusahaan.
Pada 2021, permintaan batu bara dari China cukup positif. Proporsi penjualan komoditas itu ke Negeri Tirai Bambu pada semester I/2021 mencapai 20 persen.
“Kami optimis terhadap prospek bisnis batubara di semester 2 ini namun akan tetap berhati-hati,” katanya kepada Bisnis, Selasa (28/9/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, harga jual batu bara thermal Newcastle untuk kontrak Desember 2021 tembus US$205 per metrik ton pada Selasa (28/9/2021). Angka ini meningkat hingga 3,30 persen secara harian.
Angka ini terus melonjak setelah permintaan tinggi dari sejumlah negara industri di Eropa namun tidak didukung oleh suplay memadai negara produsen.
Dia menyebutkan bahwa Adaro akan memaksimalkan keunggulan operasional bisnis inti dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi. Selain itu, korporasi juga tetap menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi ini.
Febrianti menegaskan bahwa perusahaan berkode emiten ADRO ini tetap mengikuti ketentuan domestic market obligation (DMO) yang telah ditetapkan. Tahun ini, perusahaan menargetkan produksi batu bara 2021 sekitar 52 - 54 juta ton.
“Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” katanya.
Senada, Indika tetap optimistis ekspor batu bara ke China sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. “Alokasi batu bara sudah direncanakan sesuai kontrak,” ujar CEO Indika Energy Azis Armand.