Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Tinggi, Selisih Harga Batu Bara Acuan dan Harga DMO Capai US$91 per Metrik Ton

Disparitas harga untuk domestic market obligation (DMO) dan harga acuan batu bara (HBA) kian lebar seiring dengan tingginya permintaan sumber energi tersebut ke luar negeri.
Aktivitas di pelabuhan PT Bayan Resources Tbk. Istimewa
Aktivitas di pelabuhan PT Bayan Resources Tbk. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Disparitas harga untuk domestic market obligation (DMO) dan harga acuan batu bara (HBA) kian lebar seiring dengan tingginya permintaan sumber energi tersebut ke luar negeri.

Pemerintah telah menetapkan HBA Oktober 2021 sebesar US$161,63 per metrik ton. Angka tersebut naik US$11,60 per metrik ton dibandingkan dengan HBA bulan sebelumnya, yakni US$150,03 per metrik ton. 

Sementara itu, pemerintah juga telah menetapkan harga batu bara untuk DMO sebesar US$70 per metrik ton untuk produk yang memiliki nilai kalori 6.322 GAR. Artinya, saat ini selisih HBA dan DMO mencapai US$91,63 per metrik ton.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk. Febriati Nadira menerangkan bahwa perusahaan akan tetap mematuhi ketentuan pemerintah termasuk DMO.

“Memenuhi kebutuhan dan pasokan batu bara untuk dalam negeri merupakan prioritas kami,” katanya kepada Bisnis, Rabu (6/10/2021).

Dia menjelaskan, Indonesia menjadi tujuan penjualan terbesar Adaro Energi dengan porsi mencapai 28 persen sepanjang semester I/2021.

Produksi batu bara perseroan pada semester I/2021 sendiri mencapai 26,49 juta ton, atau turun 3 persen secara tahunan.

Di sisi lain, volume penjualan menyusut 5 persen secara year on year (yoy) menjadi 25,78 juta ton. Realisasi itu mencakup 49,05–50,94 persen dari target yang dibidik tahun ini sekitar 52 juta ton hingga 54 juta ton. ADRO juga memastikan tidak akan mengubah target produksi 2021.

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan bahwa kenaikan HBA Oktober 2021 akibat meningkatnya kebutuhan batu bara untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik.

“Juga meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (5/10/2021).

Sebagai informasi, HBA adalah harga yang diperoleh dari rerata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC) dan Platt`s 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper