Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya harga batu bara dunia diproyeksi akan mempengaruhi perubahan harga batu bara acuan (HBA) Oktober 2021 hingga sekitar US$230 per metrik ton.
Peneliti Alpha Research Database Ferdy Hasiman mengatakan bahwa HBA sebagai acuan ekspor dapat menyentuh US$230 per metrik ton pada Oktober tahun ini.
Pasalnya, harga batu bara terus menunjukan kenaikan yang signifikan. Bahkan, dalam beberapa hari terakhir, komoditas fosil itu mencatatkan rekor tertinggi sejak 2008.
“Kalau dilihat dari tren, kan tahun lalu masih di bawah US$90 per ton. Tahun ini kita lihat bisa sampai US$230–US$250 per metrik ton. Kecuali krisisnya sudah pulih ya,” katanya kepada Bisnis, Rabu (29/9/2021).
Pemerintah telah menetapkan HBA September menyentuh US$150 per ton. Kondisi itu menyesuaikan dengan kenaikan harga batu bara sekitar US$140 per ton pada akhir Agustus 2021.
Fredy menyebutkan bahwa kenaikan tersebut masih memberikan profit besar bagi perusahaan tambang. Situasi ini juga akan berdampak pada meningkatnya pendapatan negara bukan pajak maupun royalti.
Kondisi ini, kata dia, terjadi akibat tingginya permintaan batu bara di pasar global. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Bahkan, Indonesia juga mengalami penurunan produksi sepanjang September 2021.
Di Indonesia, produksi batu bara jauh dari hasil bulan sebelumnya. Realisasi batu bara Indonesia berdasarkan data minerba one data Indonesia (MODI) hanya 35,47 juta ton per 29 September.
Dari jumlah tersebut, hanya 5,16 juta ton telah disalurkan untuk kebutuhan domestic, sedangkan realisasi ekspor sepanjang bulan ini 5,62 juta ton. Padahal, September 2021 hingga tersisa sehari lagi.