Bisnis.com, JAKARTA - Industri aviasi global diprediksi akan merugi hingga US$12 miliar pada tahun depan, lebih kecil dari kerugian pada tahun ini hingga 78 persen seiring dengan pemulihan bisnis dari pandemi Covid-19.
Asosiasi Transportasi Udara Internasiona (IATA) yang beranggotakan 300 maskapai dan mengoperasikan 80 persen lalu lintas udara, memprediksi kerugian tahun ini lebih parah, mencapai US$51,8 miliar. Adapun proyeksi pada April mencapai US$47,7 miliar.
Sementara itu, kerugian bersih pada 2020 juga lebih besar dari perkiraan yakni US$200 miliar dari prediksi awal US$126,4 miliar.
“Kami tengah melewati titik krisis terparah. Pada saat masalah serius masih tetap ada, jalan menuju pemulihan semakin terlihat," kata Dirjen IATA Willie Walsh saat pertemuan tahunan di Boston, seperti dikutip dari CNBC pada Senin (4/10/2021).
IATA memprediksi industri penerbangan akan kembali meraih untuk pada 2023 yang juga diikuti dengan jumlah penumpang yang akan naik hingga 3,4 miliar orang pada tahun depan dari 2,3 miliar pada tahun ini.
Hal ini akan didukung dari pencabutan pembatasan perjalanan internasional. Namun, bagi negara yang kurang dalam menerapkan protokol kesehatan seperti kurangnya pengujian, pembatasan usia bagi penumpang, dan validasi vaksinasi.
Baca Juga
Administrasi Biden pada bulan lalu mengatakan akan mencabut larangan kedatangan pengunjung internasional karena pandemi. Namun, belum dapat dipastikan tanggal pemberlakuannya.