Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menilai bahwa kasus utang Evergrande yang terjadi di China tidak membawa dampak masif bagi perekonomian global. Indonesia perlu mencermati dinamika lain yang bisa membawa tekanan perekonomian.
Enrico menjelaskan bahwa Evergrande memang merupakan kasus yang memberikan tekanan besar terhadap perekonomian Negeri Tirai Bambu. Namun, dampaknya terhadap perekonomian global dinilai tidak akan separah krisis 2008.
Utang Evergrande yang berkisar US$300 miliar mencakup 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) China. Namun, Enrico menegaskan bahwa utang itu 98 persen berada dalam mata uang lokal atau yuan, sehingga akan berbeda dengan krisis 2008 yang dalam mata uang dolar.
"Evergrande meningkatkan faktor persepsi risiko, tapi sangat berbeda dengan faktor risiko sistemik global 2008 . . . Dampaknya akan sangat temporer atau tidak ada," ujar Enrico pada pekan lalu.
Menurutnya, pasar global menyetujui bahwa Evergrande merupakan masalah yang sangat domestik. Dampak ekonomi mungkin terjadi terhadap pihak-pihak yang bisnis atau investasinya terkait dengan Evergrande.
Selain itu, Enrico pun menilai bahwa persoalan batas utang Amerika Serikat yang menjadi perhatian beberapa waktu terakhir relatif berdampak terbatas bagi Indonesia.
Baca Juga
Menurutnya, Indonesia harus fokus pada perkembangan kebijakan tapering Amerika Serikat sembari memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri dari pandemi Covid-19.
"Kita perlu bersiap diri, kalaupun ada lebih banyak dari dampak kagetan tapering, yang paling besar the known unkown risk," ujarnya.
The known unkown risk berarti risiko yang diketahui dan sisi lain tidak diketahui, yang menurut Enrico disebabkan oleh pandemi Covid-19. Mutasi virus menurutnya merupakan risiko yang diketahui akan terjadi, tetapi buruk tidaknya mutasi itu dan dampak yang ditimbulkan tidak diketahui, sehingga Indonesia perlu mempersiapkan penanganan pandemi dengan maksimal.