Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) memasok 170 megavolt ampere (MVA) dari pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan atau EBT kepada PT Anugerah Tambang Smelter di Palu.
Pasokan listrik dari pembangkit berbasis energi hijau itu ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dan Perjanjian Jual Beli Renewable Energy Certificate (PJBREC) antara PT Anugerah Tambang Smelter dengan PLN.
Renewable Energy Certificate (REC) merupakan layanan PLN berupa pengakuan penggunaan EBT dalam pasokan listriknya. REC itu merupakan bukti dari kepemilikan sertifikat standar internasional terkait produksi tenaga listrik yang dihasilkan dari pembnagkit listrik berbasis EBT.
Syamsul Huda, Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua & Nusa Tenggara (Sulmapana) PLN, mengatakan bahwa pasokan 170 MVA untuk PT Anugerah Tambang Smelter (ATS) merupakan jumlah yang listrik yang besar di Palu.
Pasalnya, saat ini beban puncak kelistrikan di subsistem di Palu sebesar 150 megawatt (MW), dan masuknya pasokan untuk ATS sebesar 146 MW akan membuat beban puncak di wilayah itu naik hingga dua kali lipat.
Huda menuturkan, pasokan 170 MVA itu juga bisa menarik 1.500 orang tenaga kerja di pemurnian nickel pig iron tersebut. Pasokan itu sendiri akan digunakan ATS untuk meningkatkan produksinya di 2023.
Baca Juga
“Proses pekerjaan konstruksi dalam rangka pemenuhan penyaluran tenaga listrik ATS akan berlangsung lebih kurang 20 bulan sejak penandatanganan PJBTL dan PJBREC,” kata Huda melalui keterangan resmi, Minggu (26/9/2021).
PLN, kata dia, berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan industri baterai dari hulu hingga hilir. PLN juga telah bermitra dengan puluhan smelter, dengan kebutuhan daya hingga 6.761 MVA di hilir.
Selain itu, PLN juga akan mendukung pasokan listrik ke pabrik baterai untuk mobil listrik di hilir.
Secara terintegrasi, perkembangan industri baterai akan menumbuhkan ekosistem kendaraan listrik tanah air yang selaras dengan program electrifying lifestyle PLN. PLN juga telah menyiapkan stasiun isi daya oleh mobil listrik di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Direktur Utama ATS Edy Santy mengatakan bahwa penandatanganan PJBREC merupakan salah satu upaya perusahaan mendukung visi Indonesia menjadi negara produsen baterai yang berkiblat pada energi ramah lingkungan.
ATS pun akan menggelontorkan investasi hingga US$600 juta untuk membangun pabriknya dalam dua tahap.
“Bersama dengan PLN, pabrik kami yang pertama 4×36 MW, dan tahap kedua dengan penambahan yang sama. Seluruhnya menggunakan energi terbarukan melalui produk yang menjadi unggulan PLN saat ini, yaitu REC,” imbuh Edy.
Dia pun optimistis keberadaan ATS dapat berkontribusi dan memberikan efek positif bagi perekonomian dan masyarakat di sekitar Palu.
Selain serapan tenaga kerja, beroperasinya smelter milik perusahaan juga akan berdampak kepada pendapatan negara maupun pemerintah daerah, serta mendorong munculnya pusat perekonomian baru.