Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia meneken nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT PLN (Persero) penyediaan listrik untuk kebutuhan Proyek Grass Root Refinery Tuban.
Adapun, nota kesepahaman tersebut diteken oleh Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya dan Pavel Vagero selaku Direktur Keuangan dan Umum, serta General Manager PLN Unit Distribusi Jawa Adi Priyanto pada Kamis 23 September 2021 yang disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury.
Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury mengatakan bahwa penyediaan listrik untuk Grass Root Refinery (GRR) Tuban akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dan sebagai sinergi BUMN kerja sama itu akan membuat efisiensi nasional.
“Bagi PLN, kerja sama ini akan meningkatkan serapan tenaga listrik, sehingga meningkatkan pendapatan, sedangkan untuk Pertamina Rosneft akan membuat perusahaan lebih fokus meningkatkan kompetitifnya,” katanya seperti dikutip dalam keterangan resminya, Jumat (24/9/2021).
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono mengatakan, melalui nota kesepahaman tersebut Pertamina Rosneft dan PLN akan membuka peluang melaksanakan kajian bersama untuk memastikan penyediaan suplai listrik hingga 20 megawatt (MW) selama fase konstruksi dan commissioning.
Selain itu, dari hasil kajian tersebut nantinya akan ditentukan skema kerja sama yang paling optimal dan menguntungkan dari aspek bisnis, serta akan mencakup pada penentuan penyediaan infrastruktur penunjang hingga skenario konfigurasi sistem dan peralatan.
Baca Juga
“Fase konstruksi ditargetkan akan dimulai pada kuartal III/2023 dan perkiraan kebutuhan listrik GRR Tuban pada fase ini sebesar 20 MW. Sementara itu, untuk tahapan commissioning start-up utility yang dimulai pada kuartal II/2026, kebutuhan listrik dapat mencapai 50 MW,” jelasnya.
Djoko menambahkan, konfigurasi kilang Pertamina Rosneft saat ini memerlukan kepastian jaminan operasional kilang tanpa terputusnya aliran listrik, sehingga membutuhkan pasokan listrik yang andal.
“Berhentinya operasi kilang dalam 1 hari sama dengan hilangnya potensi revenue sebesar US$34 juta, sehingga dibutuhkan jaminan suplai energi listrik terus menerus yang andal dengan zero total failure,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan bahwa nota kesepahaman ini akan berlaku selama 1 tahun, dan hasil kajian bersamanya dituangkan dalam kerja sama penyediaan listrik GRR Tuban dalam format Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik.
Pada tahap operasi kebutuhan listrik secara total untuk kondisi normal operasi mencapai 678 MW melalui konfigurasi kombinasi suplai self-power generation dari kilang GRR Tuban, serta electrical power grid dari PLN, dan direncanakan PLN akan memasok hingga 500 MW.