Bisnis.com, JAKARTA — Harga pakan ternak terus menanjak, berbanding terbalik dengan klaim pemerintah perihal surplus jagung sebanyak lebih dari 2 juta ton di dalam negeri.
Permasalahannya, di mana keberadaan stok tersebut? Adakah spekulan yang bermain di balik karut marut industri peternakan dewasa ini? Bisnisindonesia.id memiliki analisis aktual untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Selain soal kelanjutan polemik pakan di industri perunggasan, berbagai berita pilihan tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id. Mulai dari ambisi modal ventura milik BUMN melahirkan 25 unikorn baru hingga
Berikut highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (21/9/2021) :
1. Dekode Misteri Surplus Jagung di Tengah Anomali Harga Pakan
Di tengah pusaran polemik pakan ternak yang terus berlanjut, dugaan adanya spekulan penimbun stok jagung pipil menyeruak. Hal itu terindikasi dari lonjakan harga secara konstan, padahal Indonesia diklaim mempunyai surplus pasokan lebih dari 2 juta ton.
Terkait dengan dugaan tersebut, Presiden Joko Widodo dikabarkan telah menginstruksikan Kepala Polri Listyo Sigit Prabowo untuk menyelidiki potensi adanya mafia penimbun jagung yang menyebabkan harga pakan ayam di antara peternak daerah melambung tinggi.
Ihwal tersebut diungkapkan oleh perwakilan peternak yang terlibat dalam pertemuan antara peternak dengan Kepala Negara pada pekan lalu.
Mereka menyebut ada kejanggalan ketika ketersediaan jagung pakan di dalam negeri diklaim surplus 2 juta ton, tetapi harga di peternak mencapai Rp6.200/kg atau naik signifikan dari harga acuan yang ditentukan Kementerian Perdagangan di level Rp4.500/kg.
Perihal tersebut, Presiden disebut sudah mendegar sejak lama dugaan adanya oknum penimbun pakan ternak.
Pandangan lain, DPR dan para pakar agrobisnis menyangsikan kesahihan data Kementerian Pertanian terkait dengan adanya surplus jagung sebanyak lebih 2,37 juta ton. Menurut mereka, stok jagung pipil di dalam negeri sudah mulai terkuras sehingga berujung pada anomali harga.
2. Likuiditas Berlimpah, Bank Makin Agresif Pangkas Bunga Deposito
Tingginya dana simpanan masyarakat di sistem perbankan serta suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih terjaga di level terendah sepanjang sejarah menjadikan kalangan perbankan memiliki daya tawar yang lebih tinggi untuk terus menurunkan suku bunga simpanan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana pihak ketiga perbankan hingga Juli 2021 mencapai Rp6.966 triliun. Nilai tersebut tumbuh 10,4% year-on-year (YoY). Tingkat pertumbuhan itu jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan kredit yang hanya 0,5% YoY.
Seiring dengan itu, rata-rata bunga deposito perbankan pun terus mengalami penurunan. Sebab, kini bank sedang kelimpahan likuiditas, sedangkan penyaluran kredit justru terhambat.
Penurunan bunga deposito dapat mendorong masyarakat untuk mengalihkan dananya dari deposito pada konsumsi atau investasi yang lebih menjanjikan.
PT Bank Central Asia Tbk., misalnya, menjadi salah satu bank yang paling aktif memangkas suku bunga deposito rupiah di antara bank besar lainnya. Selama periode September 2021, perseroan telah melakukan penyesuaian bunga deposito sebanyak dua kali.
Berdasarkan informasi di laman resminya, BCA menetapkan suku bunga deposito terbaru sebesar 2,68% per tahun yang berlaku untuk seluruh tier simpanan dan tenor.
Suku bunga deposito tersebut berlaku efektif 16 September 2021. Sebelum itu, penyesuaian suku bunga deposito telah dilakukan pada awal September ini. BCA memangkas suku bunga deposito yang semula di level 2,75% menjadi 2,70%.
Tampilan layar menampilkan Menteri BUMN Erick Thohir memberikan sambutan saat Pelepasan Jelajah BUMN 2021 #BUKANJAGOKANDANG di Jakarta, Kamis (29/7/2021)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
3. Jalan Terjal Modal Ventura BUMN Lahirkan 25 Unikorn Lokal
Perusahaan modal ventura milik BUMN mesti lebih fokus pada pendanaan perusahaan rintisan atau startup lokal ketimbang asing, guna mengejar target penciptaan 25 entitas unikorn dari Indonesia.
Dalam hal itu, langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong perusahaan modal ventura milik korporasi pelat merah untuk berinvestasi di calon unikorn dalam negeri sudah tepat.
Akan tetapi, BUMN juga harus diberi kelonggaran dalam berinvestasi agar penetrasi modal ventura BUMN ke ekosistem unikorn Tanah Air makin dalam. Investasi pun lebih difokuskan pada perusahaan rintisan dalam negeri.
Untuk diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir baru-baru mendorong agar modal ventura milik BUMN gerak cepat menyuntik pendanaan ke startup yang berpotensi menjadi unikorn.
Selama ini, menurut Erick, pendanaan unikorn di Indonesia justru lebih banyak disabet oleh pemodal ventura asing.
Jumlah unikorn di Indonesia juga masih kalah jauh dibandingkan dengan China dan Amerika Serikat, yang masing-masing memiliki sekitar 100 dan 250 unikorn. Untuk itu, pemerintah berharap Indonesia memiliki 25 unikorn atau seperempat dari jumlah unikorn di China.
Sejauh ini, sudah ada lima modal ventura milik BUMN yang berinvestasi pada startup yaitu, MDI Ventures (Telkom), Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia dan terakhir rencananya BNI.
4. Holding Pabrik Gula Jadi Pertaruhan Swasembada GKP
Pembentukan holding BUMN pabrik gula di bawah naungan PT Sinergi Gula Nusantara atau SugarCo diharapkan menjadi solusi penaikan pendapatan petani tebu, yang akan bermuara pada tercapainya asa swasembada gula kristal putih atau GKP.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III) Mohammad Abdul Ghani menjelaskan peningkatan produksi gula tidak bisa dicapai tanpa memperkuat kemitraan dengan petani.
Dalam konteks tersebut, PTPN mencatat sisa hasil usaha (SHU) petani tebu saat ini hanya sekitar Rp3,7 juta per hektare (ha) per tahun.
Nilai itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan SHU petani padi yang mencapai Rp11 juta per ha per tahun.
Permasalahannya, jika petani tebu tidak disokong dengan kebijakan untuk mengatrol pendapatan, maka upaya menaikkan produksi gula nasional bakal sia-sia karena makin banyak yang beralih ke tanaman lain yang lebih menguntungkan.
Dalam lima tahun terakhir, areal petani tebu tercatat terus menurun akibat pendapatan petani di sektor ini kian lama kian tak menarik.
Mengacu pada target PTPN, pada 2024 petani mitra setidaknya bisa mencapai SHU sejumlah Rp21,2 juta per ha per tahun. Nilai tersebut diharapkan bisa menyentuh Rp36,5 juta pada 2030.
Selama perkebunan PTPN tidak bisa menaikkan pendapatan petani di atas Rp11 juta atau setara dengan SHU petani padi, jangan berharap petani mau menanam tebu dan mimpi swasembada gula akan tercapai.
5. Menjamin Layanan Optimal Jelang Merger Pelindo
Satu dari sederet pertanyaan menjelang merger PT Pelabuhan Indonesia (Persero) I hingga IV pada 1 Oktober adalah bagaimana layanan kepada pengguna jasa berjalan normal selama transisi menuju penggabungan.
Bagaimanapun, sumber daya manusia, budaya kerja, dan teknologi peralatan keempat BUMN pelabuhan itu beragam.
Tidak hanya pengguna jasa, Kementerian Perhubungan pun mewanti-wanti agar keempat Pelindo merencanakan transisi dengan baik agar layanan bagi pengguna jasa tetap optimal.
Untuk itu, penguatan SDM dan perbaikan manajemen menjadi kunci pada awal transisi integrasi yang targetnya adalah peningkatan layanan dan penguatan konektivitas. Selain itu juga standardisasi.
Standarisasi tidak hanya terkait dengan prosedur sistem operasi (SOP) layanan, tetapi juga standarisasi fasilitas pokok maupun penunjang. Akselerasi layanan diperkuat dengan optimalisasi TI yang menjadi keharusan di seluruh lini layanan di pelabuhan.
Sinergi keempat perusahaan pelat merah akan memperbaiki konektivitas dan meningkatkan kinerja pelabuhan sehingga berkontribusi menurunkan biaya logistik nasional.
Ujungnya, harga barang yang diperoleh masyarakat turun, lalu lintas barang antarpulau lebih efisien melalui integritas hub and spoke yang lebih terkoordinasi, serta membuka lapangan pekerjaan baru melalui peningkatan investasi di pelabuhan.