Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong penggunaan barang dan jasa dalam negeri dalam kegiatan operasional di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas), seperti yang dilakukan di Wilayah Kerja Mahakam.
Koordinator Pemberdayaan Potensi Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Naufal Noor Rochman mengatakan bahwa Pertamina Hulu Mahakam menjadi pionir dalam implementasi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dengan penggunaan conductor pipe untuk persiapan kegiatan pengeboran di Lapangan Tunu.
Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM juga menekankan kepada Pertamina Hulu Mahakam terkait manfaat penggunaan produk pipa dalam negeri yang diharapkan bisa memberikan efek pada penciptaan lapangan kerja dan industri nasional, serta perusahaan dapat mencetak lebih banyak laba, sehingga pembayaran pajak pun lebih tinggi.
“Pengawasan peningkatan kualitas produk pipa nasional tersebut merupakan implementasi komitmen Ditjen Migas agar penggunaan produk impor bisa terus dikurangi, namun tetap menerapkan standar kualitas yang tinggi dalam operasional migas di lapangan,” ujarnya dalam keterangan resminya, Minggu (19/9/2021).
Setelah berhasil mengembangkan aksesoris sumur melalui kolaborasi dan pembinaan dengan beberapa produsen nasional yang saat ini sudah beralih ke tahap implementasi industrialisasi, PT Pertamina Hulu Mahakam kini tengah menjajaki pembinaan untuk penggunaan pipa-pipa produksi dalam negeri.
Tantangan terbesar dalam inisiatif tersebut adalah kebutuhan spesifikasi teknis material yang tinggi dan sangat ketat. Kesesuaian spesifikasi teknis menjadi sangat penting demi menjamin keselamatan dan integritas sumur selama bertahun-tahun masa produksinya.
Setelah melalui tahapan pembinaan, produksi manufakturing pipa electric resistance welding (ERW), dan quality control yang ketat sepanjang tahun, pada September 2021 ini salah satu uji produksi pipa produsen nasional telah sampai ke tahap uji lapangan.
Material pipa dengan ukuran 20 inci digunakan sebagai pipa konduktor, yang mana pemasangannya dilakukan dengan cara menumbuknya dengan menggunakan diesel hammer hingga kedalaman 100–120 meter.
Khusus di WK Mahakam, metode pemancangan ini memiliki tantangannya tersendiri karena selain untuk mencapai fungsi utamanya, proses pemancangan ini perlu diarahkan agar tidak bertubrukan dengan sumur lain yang sudah dibor sebelumnya.
Metode tersebut disebut Pertamina CP Driving Kit (Pertacerdik) dan sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
General Manager Pertamina Hulu Mahakam Agus Amperianto menyampaikan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan produksi migasnya untuk mendukung capaian produksi nasional 1 Juta BOPD dan target gas 12 BSCFD pada 2030.
Menurutnya, Pertamina Hulu Mahakam akan menjaga penggunaan TKDN dalam sektor migas berada pada kondisi yang maksimal, seperti yang disebutkan dalam Pedoman Tata Kerja SKK Migas Nomor 007/2011 yang meminta TKDN industri hulu migas mencapai minimal 35 persen.
Pertamina Hulu Mahkam, kata dia, menjaga komponen TKDN untuk jasa mencapai 70–80 persen, dan material 50–60 persen, yang selanjutnya tetap mengontrol semua output produknya agar standar keselamatannya juga terjamin.
“Kami akan terus mempertahankan kinerja capaian komitmen TKDN yang sudah sangat baik saat ini agar menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Tujuannya satu, yaitu Mahakam Bangkit untuk Indonesia Maju!,” ujar Agus.