Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah, Bank Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dan target-target pembangunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Adapun, angka pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan. Asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 ditetapkan di kisaran 5,2 persen hingga 5,5 persen.
Sasaran ini lebih besar dari target yang dibacakan Presiden Joko Widodo dalam pidato nota keuangan pada 16 Agustus 2021 dalam sidang bersama. Saat itu, Presiden menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5-5,5 persen.
Kemudian, besaran yang berubah lainnya adalah tingkat suku bunga surat utang negara (SUN) 10 tahun dari 6,82 persen jadi 6,80 persen.
Sisanya, tidak ada perbubahan. Inflasi disepakati 3 persen dan nilai tukar rupiah Rp14.350 per dolar AS. Sementara itu, target dan indikator pembangunan, yakni tingkat pengangguran terbuka 5,5 persen sampai 6,3 persen.
Lalu, tingkat kemiskinan 8,5 persen sampai 9 persen, sedangkan rasio gini 0,376 sampai 0,37. Indeks pembangunan manusia 7,41 sampai 73,46. Nilai tukar petani 103 sampai 103. Terakhir, nilai tukar nelayan 104-106. Kesepakatan tersebut sama dengan usulan dalam nota keuangan.
Baca Juga
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa tahun depan masih banyak ketidakpastian. Pemerintah akan bekerja sama dengan baik bersama semua pihak untuk mengawal pemulihan ekonomi dan menghadapi Covid-19.
Meski begitu, pada saat pemaparan sebelum pengesahan, Sri Mulyani mengakui proyeksi 5 persen sampai 5,5 persen yang diajukan pemerintah agak berat.
“Ini adalah salah satu forecast yang mungkin paling sulit di tengah ketidakpastian yang begitu banyak. Pandemi tidak bisa 100 persen kita prediksi,” jelasnya.