Bisnis.com, JAKARTA – Viu, platform streaming video milik miliarder Richard Li yang berbasis di Hong Kong, mempertimbangkan untuk melakukan aksi i penawaran umum perdana (IPO) setelah platformnya mengalahkan Netflix dalam jumlah pelanggan di Asia Tenggara.
Menurut firma riset Media Partners Asia, Viu kini menjadi layanan streaming terbesar kedua di Asia Tenggara berdasarkan pelanggan berbayar, setelah Disney Plus. Keberhasilannya telah mendorong bisnis PCCW Ltd. untuk membukukan lonjakan pendapatan sebesar 29 persen pada paruh pertama tahun ini, mempersempit kerugian sebesar 75 persen.
Managing Director PCCW B. G. Srinivas mengatakan Viu yang juga mencakup platform streaming musik itu diperkirakan akan mencapai titik impas pada awal paruh kedua tahun ini. Srivanas mengatakan grup itu akan mempertimbangkan untuk memperkenalkan mitra strategis atau bahkan melantai di bursa saham.
Kebangkitan Viu di Asia Tenggara telah menonjol karena ruang streaming di seluruh dunia sebagian besar dikuasai oleh raksasa dari Walt Disney Co. dan Netflix hingga Baidu Inc. China dan Tencent Holdings Ltd.
Platform yang berbasis di Hong Kong ini mendahului para pesaingnya dalam pertumbuhan pelanggan kelas menengah yang cepat sebagian dengan mengenali tren dengan gesit, seperti selera untuk drama Korea di beberapa bahasa yang digunakan di wilayah tersebut dan permintaan untuk tingkat berlangganan gratis.
"Tujuan kami adalah untuk terus menjadi yang terdepan dalam ruang hiburan digital di Asia. Kami ingin membuat layanan di Asia untuk Asia, tetapi kami juga memahami bahwa Asia bukanlah satu kawasan,” kata CEO Viu Janice Lee, dilansir Bloomberg, Selasa (17/8/2021).
Baca Juga
Sementara itu, pesaingnya memiliki kantong yang lebih dalam, rekam jejak yang mapan dalam membuat konten asli dan meningkatkan fokus mereka di Asia Tenggara karena pertumbuhan yang melambat di pasar dalam negeri seperti Amerika Serikat. Netflix menghabiskan hampir US$2 miliar antara 2018 dan 2020 untuk memproduksi dan melisensikan acara di Asia, dengan Asia Tenggara merupakan pasar utama.
Pada November, Disney menunjuk Ahmad Izham Omar, mantan CEO dari perusahaan produksi terbesar Malaysia Primeworks Studios, untuk memimpin upayanya di Asia Tenggara.
"Pertanyaan kuncinya adalah bagaimana Viu dapat meningkatkan lebih banyak lagi [pelanggan],” kata Vivek Couto, direktur eksekutif Media Partners Asia.
Dia menambahkan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki waralaba sendiri, terutama dalam konten Korea, dibandingkan dengan bagaimana Netflix menyiapkan studio dan produksi di negara Asia Timur. Viu berada pada titik kritis dalam perjalanannya saat bergerak untuk memperluas basis penggunanya dan bersaing dalam konten.
Ke depan, Viu sedang mencoba untuk mengkonsolidasikan keuntungan awalnya dengan menciptakan lebih banyak konten orisinal, mengumumkan empat drama Korea aslinya awal tahun ini. Lee menolak untuk mengungkapkan anggarannya untuk konten asli.