Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPKM Diperpanjang, Kontraksi PMI Manufaktur Diramal Lanjut sampai Agustus

Indeks Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, jatuh ke level 40,1 pada Juli 2021 dari posisi 53,5 pada Juni 2021.
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor manufaktur Indonesia mengalami kontraksi pada Juli 2021 akibat peningkatan kasus Covid-19, sehingga mengharuskan adanya PPKM level 4 yang membatasi mobilitas masyarakat.

Kontraksi ditunjukkan melalui Indeks Manajer Pembelian Manufaktur atau Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, jatuh ke level 40,1 pada Juli 2021 dari posisi 53,5 pada Juni 2021.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyebut bahwa kontraksi juga diperkirakan akan terjadi di Agustus. Pasalnya, PMI manufaktur akan mengikuti pola permintaan produksi dari dalam negeri, tidak hanya dari luar negeri. Sementara, Indonesia atau beberapa daerah masih menerapkan PPKM level 3 dan 4 di hingga 9 Agustus nanti.

“Ketika diberlakukan PPKM darurat, permintaan atau demand dari dalam negeri mengalami penurunan yang tajam, sehingga ini direspons oleh industri manufaktur bahwa order manufakturnya itu turun. Mereka mengurangi pembelian bahan baku dan mengurangi perekrutan tenaga kerja, dan akan menghabiskan stok yang ada dulu. Jadinya, kapasitas produksi turun,” kata Faisal kepada Bisnis, Senin (2/8/2021).

Terkait dengan potensi rebound ke depannya, Faisal mengatakan terdapat beberapa faktor yang menentukannya. Meski dia memperkirakan PMI manufaktur masih akan berada di kisaran level 40 pada bulan Agustus.

Pertama, seberapa lama PPKM level 4 akan diperpanjang dan bagaimana penanggulangan pandemi termasuk capaian vaksinasi. Kedua, pengendalian pandemi dari luar negeri atau eksternal seperti di India dan Amerika, yang dapat mempengaruhi permintaan atau manufaktur eskpor.

Kepala ekonom BCA David Sumual juga mengatakan potensi rebound PMI manufaktur ke depannya akan tergantung dengan PPKM dan pengendalian Covid-19 di Indonesia. Dia juga menilai wajar apabila PMI manufaktur Juli 2021 jatuh ke 40,1 karena PPKM Darurat yang dilaksanakan sejak 3 Juli 2021.

“Jadi, otomatis juga banyak industri manufaktur yang mengurangi produksinya, tapi mungkin yang berkaitan dengan ekspor masih cukup lumayan, meski memang tetap ada kendala di lapangan seperti pengiriman barang, logistik ke pelabuhan, dan lain-lain. Ini yang membuat PMI Juli ini wajar turun,” kata David kepada Bisnis, Senin (2/8/2021).

Sementara itu, melihat tren penurunan kasus, meskipun belum konsisten, dan peningkatan kapasitas rumah sakit, David menilai pemerintah tidak akan lama lagi melonggarkan PPKM di sejumlah daerah. Maka itu, dia menilai kondisi manufaktur yang melemah ini akan bersifat sementara atau temporer.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper