Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Perdagangan Positif, Kondisi Semester II Bergantung Durasi PPKM

Secara kumulatif, ekspor selama periode Januari sampai Juni 2021 mencapai US$102,87 miliar, naik 34,78 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang berjumlah US$76,32 miliar.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja perdagangan Indonesia pada semester I/2021 dinilai telah berada pada jalur positif. Tantangan pada semester kedua bisa ditanggulangi dengan memaksimalkan peluang permintaan pasar global.

Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan kinerja ekspor dalam 6 bulan pertama 2021 memperlihatkan kinerja yang cukup baik. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ekspor bulanan yang lebih tinggi daripada 2019.

“Kalau dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, ekspor kita sudah di atas dari tahun-tahun tersebut. Misal dibandingkan dengan 2019 masih di atas itu. Jadi sudah kelihatan cukup menggembirakan dan prospektif,” kata Yose, Kamis (15/7/2021).

Secara kumulatif, ekspor selama periode Januari sampai Juni 2021 mencapai US$102,87 miliar, naik 34,78 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang berjumlah US$76,32 miliar. Sementara total impor naik dari US$70,90 miliar menjadi US$91,01 miliar.

Meski demikian, Yose tetap memberi catatan pada dominasi komoditas pada ekspor Indonesia. Salah satunya adalah produk sawit dan turunannya yang mengalami peningkatan pesat akibat harga yang tinggi pada semester I/2021. Nilai ekspor produk kelapa sawit bahkan mencetak rekor pada Mei 2021 sebesar US$3,06 miliar menurut laporan asosiasi.

“Yang perlu menjadi catatan adalah peran komoditas dalam kinerja ekspor. Walaupun ekspor manufaktur juga naik seperti kendaraan bermotor, peralatan mekanis dan listrik, tetapi kenaikannya tidak setajam komoditas,” kata dia.

Sementara dari sisi impor, Yose berpandangan Indonesia harus mewaspadai potensi naiknya impor minyak dan gas (migas) akibat pemulihan permintaan di dalam dan luar negeri. Tetapi, untuk impor nonmigas, dia melihat adanya akselerasi pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi daripada kenaikan ekspor.

Hal ini sekaligus memberi sinyal mulai menggeliatnya aktivitas industri karena kenaikan impor dipimpin oleh naiknya permintaan bahan baku/penolong. 

“Dampak PPKM Darurat di semester kedua tergantung berapa lama durasinya. Untuk ekspor saya kira tidak akan terlalu berpengaruh karena banyak ekspor yang basisnya di luar Jawa,” kata Yose.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper