Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Momentum Permintaan Naik pada Semester II, RI Perlu Jaga Produksi

Situasi tersebut didukung oleh pemulihan daya beli dan peningkatan aktivitas ekonomi di pasar-pasar besar seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. 
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha memandang optimistis prospek perdagangan luar negeri Indonesia meski kenaikan kasus Covid-19 akibat varian delta masih melanda di berbagai negara. Momentum peningkatan permintaan perlu diiringi dengan kesiapan menjaga pasokan.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan permintaan dari mitra dagang utama seperti China dan Amerika Serikat cenderung membaik, seiring dengan pulihnya perekonomian di negara-negara tersebut.

“Permintaan dari China dan Amerika Serikat naik karena pada Juni perekonomian mereka baik. Di Amerika Serikat bahkan mengarah ke pemangkasan stimulus ekonomi karena aktivitasnya dirasa bergerak positif,” kata dia, Kamis (15/7/2021).

Benny mengatakan perbaikan kinerja industri pada Juni juga berdampak pada kenaikan impor. Situasi ini, menurutnya, turut berkontribusi mendorong normalisasi ketersediaan kontainer.

“Saat ekspor tinggi dan impor rendah, kontainer yang tersedia sulit. Sedangkan saat impor terlalu tinggi dan ekspor rendah, ketersediaan kontainer kosong melimpah. Pemulihan impor bisa memicu equilibrium baru meski bertahap,” kata dia.

Dia mengatakan pelaku usaha cenderung mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19 dengan persiapan, mengingat semester II selalu menjadi momentum kenaikan permintaan dibandingkan dengan semester I/2021.

“Kami optimistis semester II ekspor tetap bergerak naik karena tren permintaan di semester ini cenderung lebih tinggi, pada tahun-tahun sebelumnya trennya demikian karena di semester I ada momen low season Januari dan Februari. Di semester II ada momen libur akhir tahun, biasanya pengiriman sudah dimulai Oktober,” katanya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan kinerja perdagangan dengan kenaikan impor yang lebih tinggi dari pada ekspor memperlihatkan bahwa normalisasi permintaan terhadap produk manufaktur nasional telah terlihat.

Situasi ini didukung oleh pemulihan daya beli dan peningkatan aktivitas ekonomi di pasar-pasar besar seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. 

“Animo pemulihan demand pasar domestik juga sangat stabil sampai pertengahan Juni dan wacana PPKM juga diproyeksikan sama dengan kondisi Januari-Februari sehingga pelaku usaha memperkirakan disrupsi bisa diminimalisir,” kata Shinta.

Shinta mengatakan proyeksi ini juga yang menyebabkan impor pada Juni mengalami kenaikan, baik secara bulanan maupun tahunan.

Adapun mengenai kinerja ekspor ke depannya, Shinta mengatakan situasi akan sangat tergantung pada kebijakan PPKM. Namun dia hampir bisa memastikan bahwa kinerja ekspor komoditas mentah dan agrikultur tidak akan terlalu terpengaruh sehingga kinerjanya bisa tetap maksimal.

“Untuk ekspor manufaktur kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang flattening atau tumbuh tipis sepanjang PPKM karena banyak sentra manufaktur berorientasi ekspor yang berada di zona merah. Jika makin dibatasi, akan sangat sulit untuk menggenjot produktivitas ekspor manufaktur meskipun demand ekspornya sangat kuat dan momentum ekspornya tepat,” kata dia.

Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana mengatakan sepanjang 2016 sampai 2020, tren impor dunia tumbuh 2,5 persen per tahun, sedangkan tren ekspor Indonesia tumbuh 2,3 per tahun.

Dia mengatakan hal ini menjadi indikasi adanya kemampuan Indonesia dalam mengisi pasar di tengah melambatnya permintaan dunia. 

“Ekspor nonmigas menunjukkan kinerja yang cukup baik pada 2020, di mana ekspornya hanya turun sebesar 0,6 persen,” kata Wisnu.

Untuk mendukung sasaran pertumbuhan ekonomi 2021 sesuai Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada 2021 sebesar 5 persen, ekspor nonmigas 2021 sendiri ditargetkan dapat tumbuh sebesar 6,3 persen.

Sementara dari sisi realisasi sepanjang Januari-Juni, ekspor nonmigas tumbuh 34,06 persen dan memberi indikasi yang mendukung target pertumbuhan bisa dilampaui. 

“Jadi di tengah pandemi Covid-19 ini, ekspor Indonesia memiliki performa dan peluang yang baik. Terutama ekspor produk industri dan manufaktur sebagai penyokong utama ekspor Indonesia. Tantangan saat ini adalah bagaimana Indonesia dapat memenuhi permintaan dunia, bagaimana Indonesia dapat memperkuat sisi suplainya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper