Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor pada Juni 2021 diperkirakan masih melanjutkan tren pertumbuhan yang tinggi, kendati tidak sekencang bulan sebelumnya.
Kepala Ekonom BCA David Sumual memprediksi ekspor pada Juni 2021 masih akan tumbuh sebesar 47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 61,9 persen.
David menjelaskan, pertumbuhan ekspor yang lebih rendah dibandingkan bulan Mei lalu disebabkan tertahannya aktivitas manufaktur dan menurunnya likuiditas di China.
Sementara itu, kinerja impor diperkirakan tumbuh sebesar 40 persen secara tahunan pada Juni 2021, didorong oleh membaiknya permintaan domestik.
“Diperkirakan neraca perdagangan surplus US$2,4 miliar di Juni 2021 karena kinerja ekspor naik lumayan tinggi 47 persen sementara itu, impor naik 40 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (14/7/2021).
David memperkirakan, tren surplus neraca perdagangan akan terus berlanjut pada kuartal ketiga tahun ini, mengingat diberlakukannya PPKM darurat pada Juli 2021.
Baca Juga
“Surplus kemungkinan bertahan karena impor akan turun, di sisi lain komoditas cukup baik dan perekonomian global masih kondusif, namun perlu tetap diwaspadai adanya peningkatan kasus di negara lain,” jelasnya.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memprediksi neraca dagang pada Juni 2021 akan mencetak surplus sebesar US$2,42 miliar. Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh 44,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 2,2 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Juni 2021.
Di sisi lain, kinerja impor pada Juni 2021 diperkirakan tumbuh sebesar 38,3 persen secara tahunan. Secara bulanan, impor diperkirakan meningkat 4,6 persen.