Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawat! Perlambatan Pemulihan Ekonomi China Bisa 'Menular' ke Seluruh Dunia

Data produk domestik bruto (PDB) pada Kamis pekan ini diperkirakan menunjukkan pertumbuhan melambat pada kuartal kedua menjadi 8 persen dari rekor kenaikan 18,3 persen pada kuartal pertama.
Ilustrasi - Polisi mengatur lalu lintas di bawah kabut tebal di seberang Kota Terlarang, Beijing/Antara-M. Irfan Ilmie
Ilustrasi - Polisi mengatur lalu lintas di bawah kabut tebal di seberang Kota Terlarang, Beijing/Antara-M. Irfan Ilmie

Bisnis.com, JAKARTA - Rebound ekonomi China melambat, mengirimkan peringatan ke seluruh dunia mengenai ketahanam pemulihan di tempat lain.

Prospek yang berubah digarisbawahi pada Jumat pekan lalu ketika People's Bank of China (PBOC) memotong jumlah uang tunai yang harus dimiliki sebagian besar bank sebagai cadangan untuk meningkatkan pinjaman.

Sementara PBOC mengatakan langkah itu bukan dorongan stimulus baru, pemotongan 50 basis poin untuk sebagian besar persyaratan rasio cadangan bank merupakan kejutan.

Data produk domestik bruto (PDB) pada Kamis pekan ini diperkirakan menunjukkan pertumbuhan melambat pada kuartal kedua menjadi 8 persen dari rekor kenaikan 18,3 persen pada kuartal pertama, menurut jajak pendapat ekonom Bloomberg. Indikator kunci seperti penjualan ritel, produksi industri dan investasi aset tetap juga diatur ke moderat.

Langkah cepat PBOC untuk menurunkan reserve ratio requirement (RRR) bank adalah salah satu cara untuk memastikan pemulihan stabil.

Ekonomi memang selalu akan turun dari ketinggian yang dicapai selama rebound awal dan karena efek dasar rendah tahun lalu hilang. Namun, para ekonom mengatakan penurunan itu datang lebih cepat dari yang diharapkan, dan sekarang dapat merembet di seluruh dunia.

"Tidak ada keraguan bahwa dampak perlambatan China pada ekonomi global akan lebih besar daripada lima tahun lalu," kata Rob Subbaraman, Kepala Riset Pasar Global di Nomura Holdings Inc, dilansir Bloomberg, Senin (12/7/2021).

Dia melanjutkan melambatnya pemulihan China setelah menjadi yang terdepan dalam rebound, memengaruhi ekspektasi pasar bahwa jika ekonomi negara itu mendingin sekarang, yang lain akan segera menyusul.

Pemulihan yang melambat juga memperkuat pandangan bahwa inflasi pabrik kemungkinan telah mencapai puncaknya dan harga komoditas dapat melemah lebih lanjut.

“Perlambatan pertumbuhan China seharusnya berarti tekanan disinflasi jangka pendek secara global, terutama pada permintaan logam industri dan barang modal,” kata Kepala Ekonom untuk Asia Pasifik di Societe Generale SA Wei Yao.

Prospek yang berubah mencerminkan tahap lanjutan dari pemulihan China karena pertumbuhan stabil.

Di dalam negeri, teka-teki besar terus berkutat pada mengapa penjualan ritel masih lemah sedangkan infeksi virus tetap terkendali. Kemungkinan penjualan melambat lagi pada Juni, menurut Bloomberg Economics, karena sentimen dibebani oleh kontrol untuk menahan wabah virus secara sporadis.

Bahkan dengan dukungan PBOC untuk usaha kecil dan menengah, tidak ada tanda-tanda pembalikan dalam pendekatan disiplin stimulus yang telah diambil otoritas sejak krisis dimulai.

Bruce Pang, Kepala Penelitian Makro dan Strategi di China Renaissance Securities Hong Kong, mengatakan pemotongan RRR sebagian untuk mengelola ekspektasi menjelang data ekonomi kuartal kedua minggu ini.

"Ini juga memberikan lebih banyak ruang kebijakan ke depan, karena momentum pemulihan ekonomi pasti melambat," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper