Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Hiruk Pikuk, Harga Rumah di Seluruh Dunia Melambung

Harga rumah di berbagai belahan dunia melambung hingga tiba di titik tertinggi sejak sebelum krisis keuangan global, demikian hasil penelitian konsultan properti Knight Frank.
Deretan residensial mewah di Singapura./Reuters
Deretan residensial mewah di Singapura./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah di seluruh dunia naik paling tinggi sejak sebelum krisis keuangan global, menyusul hiruk pikuk pasar yang terlihat di beberapa tempat mulai dari Selandia Baru hingga Turki dan Singapura selama pandemi.

Konsultan properti Knight Frank menyebutkan harga rata-rata melonjak 7,3 persen dalam 12 bulan hingga Maret 2021. “Itu merupakan laju tercepat sejak kuartal IV/2006,” demikian laporan Indeks Harga Rumah Global Knight Frank pada Kamis (3/6/2021).

Turki menduduki puncak daftar, mencatat pertumbuhan 32 persen, diikuti Selandia Baru di level 22,1 persen. Sementara itu, Amerika Serikat mengambil tempat kelima dengan 13,2 persen, kenaikan paling tajam sejak Desember 2005.

Di Asia, Singapura mencatatkan kenaikan harga terbesar 6,1 persen, diikuti Korea Selatan 5,8 persen, dan Jepang sebesar 5,7 persen. Hong Kong, pasar properti termahal di dunia, tumbuh 2,1 persen. Indeks tersebut membandingkan harga rata-rata di 56 negara dan wilayah.

Stimulus fiskal dan moneter besar-besaran untuk meningkatkan ekonomi selama krisis kesehatan telah memicu ledakan properti di seluruh dunia. Itu juga memicu kekhawatiran gelembung dan beberapa negara telah bergerak untuk mendinginkan pasar.

Selandia Baru telah menghapus insentif pajak untuk investor properti, dan pemerintah memperkirakan inflasi harga rumah akan melambat menjadi hanya 0,9 persen pada Juni tahun depan.

Sementara itu, Pemerintah China telah mengeluarkan sejumlah langkah untuk mengendalikan pengembang dan pinjaman bank ke sektor properti.

Menurut Knight Frank, dengan pemerintah mengambil tindakan dan langkah-langkah stimulus fiskal yang akan selesai pada akhir tahun ini di sejumlah pasar, sentimen pembeli kemungkinan akan kurang bersemangat.

“Ditambah lagi, ancaman varian baru virus corona berpotensi memberikan tekanan lebih lanjut pada pertumbuhan harga,” lanjut konsultan properti yang berpusat di London, Inggris, itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper