Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa meski pemulihan ekonomi sedang terjadi dan memberi dasar untuk optimistis, masih ada beberapa risiko yang mengancam, salah satunya dari Negeri Tirai Bambu, China.
“Pemerintah sepakat dengan pandangan para anggota Dewan yang perlu mengantisipasi potensi risiko yang mungki terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi domestik dan global,” katanya, saat menyampaikan pandangan pemerintah terhadap fraksi terkait kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) 2022, Senin (31/5/2021).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa berbagai risiko tersebut bersumber dari lingkungan eksternal yang masih sangat tinggi selain karena Covid-19.
Terkait dengan pemulihan ekonomi global, dia yakin prosesnya tidak seragam disebabkan akses setiap negara terhadap suplai vaksin yang cenderung timpang.
Di sisi lain kemampuan negara-negara tersebut melakukan belanja untuk memberikan stimulus berbeda-beda.
“Indonesia perlu mengantisipasi keberlanjutan dari proses rebalancing [keseimbangan kembali] ekonomi Tiongkok yang saat ini sebagai ekonomi nomor dua di dunia,” jelasnya.
Baca Juga
Keseimbangan kembali di China, papar Sri Mulyani, akan dapat memengaruhi fluktuasi harga komoditas. Hal tersebut juga memberi dampak negartif kepada seluruh perekonomian dunia.
“Selain itu, permasalahan global seperti kecenderungan geopolitik yang mengadopsi proteksionisme, tensi geopolitik di dalam perdagangan global, dan isu perubahan iklim juga harus jadi hal yang perlu diwasapadai,” ucapnya.