Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Gas Tak Stabil, Pengusaha Gelas Kaca Menjerit

Pasokan gas tak stabil membuat pengusaha gelas kaca di Indonesia menjerit. Harga gas regasifikasi yang tinggi membebani produksi, mengancam daya saing industri.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ringkasan Berita
  • Asosiasi Produsen Gelas/Kaca Indonesia (APGI) mengeluhkan pasokan gas yang tidak stabil, yang menyebabkan pengusaha harus menanggung harga gas regasifikasi yang lebih mahal.
  • Harga gas murah industri ditetapkan sebesar US$7 per MMBTU untuk bahan bakar dan US$6,5 per MMBTU untuk bahan baku, sementara harga gas regasifikasi LNG mencapai US$14,88 per MMBTU.
  • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengindikasikan adanya defisit pasokan gas akibat penurunan produksi alami di hulu dan gangguan operasional, yang mempengaruhi pasokan gas secara keseluruhan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Gelas/Kaca Indonesia (APGI) mengeluhkan kondisi pasokan gas yang tidak stabil, terlebih untuk kebijakan gas murah industri atau Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Alhasil, pengusaha harus menanggung beban harga gas regasifikasi yang lebih mahal. 

Ketua Umum APGI Henry T. Sutanto mengatakan saat ini pemasok gas mematok alokasi gas industri tertentu (AGIT) untuk program HGBT sebanyak 60% dan sisanya menggunakan gas regasifikasi dari Liquefied Natural Gas (LNG) 40%.

“Kita melihat pemerintah tidak serius mendukung industri. Tanpa kepastian supply gas dan artinya harga gas maka sangat sulit untuk menghitung HPP [harga pokok penjualan],” kata Henry kepada Bisnis, Kamis (14/8/2025). 

Adapun, harga gas murah industri dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 76.K/MG.01/MEM.M/2025 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu disebutkan pemanfaatan gas bumi sebagai bahan bakar sebesar US$7 per MMBTU (million british thermal unit) dan untuk bahan baku sebesar US$6,5 per MMBTU. 

Sementara itu, untuk harga gas lng yang melalui proses regasifikasi adalah sebesar US$14,88 per MMBTU. Hal ini membuat ongkos produksi membengkak. 

“Kami khawatir industri akan melambatkan atau mengurangi produksi atau berproduksi sebatas dengan gas yang diberikan sehingga utilisasi produksi akan berkurang,” jelasnya. 

Terkait opsi impor LNG yang belakangan menjadi opsi yang diusulkan, pihaknya hanya berharap pasokan gas dapat terjaga dengan sumber energi didapatkan dari manapun. 

Pasalnya, saat ini Henry menilai harga gas yang dipatok pemasok gas sangat tinggi dan memberatkan industri pengguna. Meskipun, dia memahami terdapat pengurangan pasokan gas dari hulu. 

“Akan sangat sulit untuk mengharapkan industri bisa kompetitif dengan negara tetangga dengan harga gas yang jauh lebih tinggi. Industri mengharapkan harga gas yang lebih kompetitif,” pungkasnya. 

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memberi sinyal adanya defisit pasokan gas yang dikelola oleh perusahaan. Hal ini seiring dengan penurunan alami produksi gas kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), keandalan infrastruktur, hingga aspek harga.

Corporate Secretary PGN Fajriyah Usman menjelaskan, ketika ada natural declining atau penurunan produksi secara alami, pasokan gas yang dikelola emiten pelat merah berkode saham PGAS itu pun praktis terganggu. Selain itu, terganggunya operasional di hulu pun turut mengganggu pasokan.

"Apabila misalnya dari sisi hulu terjadi penurunan natural decline gitu ya, terus kemudian juga ada rencana-rencana operasional di hulu juga yang terganggu, pastinya itu akan juga memengaruhi dari pasokan gas yang ada," tuturnya di Jakarta, Rabu (13/8/2025).

Fajriyah menegaskan bahwa PGN bukanlah perusahaan yang bergerak di sisi hulu yang bisa memproduksi gas sehingga pasokan gas anak usaha PT Pertamina (Persero) itu bakal terpengaruh jika mitra yang ada di sisi hulu mengalami natural declining.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro