Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada bulan April 2021 kembali mengalami surplus sebesar US$2,19 miliar. Surplus ini lebih tinggi dari surplus Maret 2021 sebesar US$1,57 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2021 dipicu oleh kenaikan ekspor yang mengesankan dari sektor industri dan pertambangan.
"Surplus pada bulan April 2021 sangat mengembirakan karena kenaikan ekspornya lebih tinggi dari kenaikan impornya," tegas Suhariyanto.
Pencapaian ini, lanjutnya, sejalan dengan indikator lain, yakni PMI Indonesia yang meningkat 54,4 atau berada di level ekspansif. Namun, Suhariyanto mengingatkan pemulihan akan berbeda-beda sesuai subsektor dan wilayahnya. Oleh karena itu, dia berharap semua pihak memperhatikan performa di berbagai subsektor.
Dari data BPS, ekspor sepanjang April 2020 tercatat sebesar US$18,48 miliar, naik 51,94 persen (year on year/yoy) dan naik 0,69 persen (month to month/mtm).
Hal ini dipicu oleh kenaikan ekspor migas dan non migas yang naik masing-mmasing 69,06 persen dan 51,08 persen (yoy).
Baca Juga
"Nilai ekspor mengalami peningkatan 51,94 persen karena bulan April 2020 kita mengalami penurunan karena Covid-19," kata Suhariyanto.
Dia menambahkan ekspor pada bulan April ini masih tumbuh cukup baik, meskipun banyak yang memprediksikan akan ada penurunan.
"Angka ini lebih tinggi dari angka ekspor bulan April 2020 dan 2019."
"Kenaikan ini sangat impresif karena ada kenaikan harga komoditas," tegas Suhariyanto.
Dari sektornya, kenaikan ekspor tertinggi dicatat oleh ekspor migas sebesar US$950 juta atau tumbuh 5,34 persen dan secara tahunan naik 69,60 persen.
Selanjutnya adalah sektor pertambangan yang tercatat sebesar US$2,27 miliar pada April 2021, naik 2,33 persen secara bulanan (mtm) dan secara tahunan tumbuh 47,02 persen (yoy)
Sementara itu, ekspor pertanian mengalami penurunan -14,55 persen (mtm), namun tetap meningkat 18,98 persen secara tahunan (yoy).
BPS mencatat impor Indonesia pada April 2021 meningkat US$16,29 miliar
Dari data BPS, impor pada Maret 2021 naik sebesar 29,93 persen secara tahunan, tetapi turun secara bulanan sebesar 2,98 persen.
Penurunan secara bulanan terjadi pada impor migas sebesar 11,22 persen menjadi US$2,03 miliar dan impor non migas turun sebesar 1,69 persen menjadi US$14,26 miliar.
Secara penggunaan barang, impor terbesar dicetak oleh barang konsumsi sebesar 12,89 persen (mtm) dan 34,11 persen (yoy) sebesar US$1,63 miliar.
Adapun, impor bahan baku dan barang modal mengalami penurunan secara bulanan masing-masing 3,63 persen dan 9,05 persen (mtm) menjadi masing-masing US$12,47 miliar dan US$2,19 miliar.
Secara tahunan, impor bahan baku masih tinggi sebesar 33,24 persen dan barang modal 11,55 persen (yoy).