Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada bulan Maret 2021 kembali mengalami surplus sebesar US$1,57 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2021 ini terjadi akibat kenaikan ekspor yang lebih tinggi dari posisi impor.
Dia melihat meningkatnya permintaan dari berbagai negara berpengaruh besar pada ekspor komoditas andalan Indonesia.
Dari data BPS, ekspor sepanjang Maret tercatat US$18,35 atau tumbuh 30,47 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan maret 2020 sebesar US$14,07 miliar.
"Kenaikan ekspor yoy cukup tinggi dipicu kenaikan ekspor migas dan nonmigas," kata Suhariyanto.
"Pertumbuhan sangat mengembirakan karena tumbuh dua digit," tambahnya.
Baca Juga
Ekspor migas tumbuh 38,67 persen menjadi US$910 juta dan ekspor nonmigas naik 30,07 persen menjadi US$17,45 miliar.
Dilihat dari sisi sektornya, kenaikan ekspor bulan Maret terjadi di seluruh sektor.
Kenaikan tahunan tertinggi dicetak oleh migas sebesar 38,67 persen menjadi US$910 juta. Sementara itu, secara bulanan, pertumbuhan tertinggi dicetak pertanian sebesar 27,04 persen (month to month/mtm) menjadi US$390 juta.
Secara tahunan, industri pengolahan juga tumbuh cukup tinggi sebesar 33,45 persen (yoy) menjadi US$14,84 miliar pada Maret 2021. Pertumbuhan bulanannya mencapai 22,27 persen (mtm).
Sementara itu, impor Indonesia pada bulan lalu tercatat sebesar US$16,79 miliar atau tumbuh 25,73 persen dibandingkan maret tahun lalu. Adapun secara bulanan, impor mengalami penurunan tipis 26,55 persen.
"Impor naik karena adanya kenaikan impor migas dan nonmigas," ujarnya.
Suhariyanto menegaskan impor pada Maret 2021 ini naik cukup tinggi didorong oleh impor barang modal, bahan baku dan barang konsumsi.
Secara bulanan, kenaikan impor tertinggi dibukukan oleh impor bahan baku yang tumbuh 31,10 persen (mtm) dan 25,82 persen (yoy) menjadi US$12,97 miliar pada Maret 2021.
Sementara itu, secara tahunan, impor tertinggi adalah barang modal yang tumbuh 33,70 persen (yoy) dan 11,85 persen (mtm) menjadi US$2,41 miliar.