Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) siap untuk mendukung pengembangan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik (PSEL) atau pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Vice President Public Relations PLN Arsyadani Ghana Akmalaputri mengatakan bahwa perseroan siap untuk menjadi pembeli listrik dari PLTSa yang akan dikembangkan di 12 kota di Indonesia.
"PLN siap mendukung pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, andal dan mengedepankan aspek teknologi berwawasan lingkungan. Sebagai BUMN, PLN pun siap menjalankan penugasan yang diberikan pemerintah," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/5/2021).
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menuturkan bahwa perseroan telah menunjukkan komitmennya untuk membeli listrik dari PLTSa Benowo 9 megawatt (MW) di Surabaya yang baru saja diresmikan pada Kamis (6/5/2021). PLN bekerja sama dengan IPP (independent power producer) PT Sumber Organik sampai dengan 2032 dengan harga beli listrik sebesar US$13,35 sen/kWh.
Dia mengakui bahwa harga beli listrik dari PLTSa cukup mahal. Namun, menurutnya, hal itu tidak terlalu membebani biaya pokok penyediaan (BPP) listrik PLN.
"Kami paham listrik dari PLTSa Benowo ini tarifnya yang harus kami bayar itu sekitar Rp1.900 per kWh. Tetapi ini kan di-mixed dengan PLTU yang hanya sekitaran Rp500—Rp600 per kWh. Kalau tadi US$13 sen, pembangkit lain kan hanya US$6—US$ 7 sen," kata Zulkifli dalam sebuah diskusi, Jumat (7/5/2021).
"PLN masih bisa menjalankan tugas menerangi Indonesia tidak hanya dengan PLTSa, tetapi juga pembangkit lain yang relatif lebih murah. BPP PLN kalau di-mixed itu sekitar Rp1400 per kWh," katanya.
Selain pemanfaatan PLTSa, PLN juga akan mendorong sampah untuk dikelola dan diolah menjadi pelet biomassa sebagai bahan baku co-firing PLTU.
Direktur Mega Proyek PLN M. Ikhsan Asaad menilai bahwa persoalan sampah juga bisa diselesaikan dengan co-firing pada PLTU, terlebih belanja modal co-firing biomassa pada PLTU lebih murah daripada membangun PLTSa.
"Capex yang dibutuhkan untuk mengubah sampah menjadi pelet tidak begitu besar. Kami uji coba di tempat pembuangan sampah di Rawa Kucing, Tangerang. Kira-kira dengan 100 ton per hari itu Rp24 miliar. Saya kira jauh lebih efisien dibandingkan dengan membangun PLTSa," ujar Ikhsan.
Adapun, pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan PLTSa di 12 kota di Indonesia. Hal ini diinstruksikan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Presiden Joko Widodo pun meminta agar kota-kota lain yang ditunjuk lewat Perpres tersebut dapat mencontoh PLTSa Benowo yang sudah berhasil beroperasi secara komersial.
"Yang lain masih maju mundur, kurang urusan tipping fee, urusan barang daerah, belum selesai. Nanti kota-kota lain akan saya perintah untuk sudahlah tidak usah ruwet pakai ide-ide, lihat aja di Surabaya, tiru, copy," kata Jokowi.