Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan real estat termasuk sektor bisnis yang tumbuh sepanjang kuartal I/2021, tetapi pergudangan, atau kerap disebut sebagai subsektor properti logstik, jutsru terkontraksi.
Kepala BPS Suhariyanto pada Rabu (5/5/2021) mengungkapkan bahwa real estat termasuk di antara sektor-sektor yang sepanjang 3 bulan pertama tahun ini tumbuh positif bersama informasi dan komunikasi, perdagangan, pengadaan air, jasa kesehatan, pertanian, dan pengadaan listrik gas.
Pertumbuhan tertinggi dikontribusi oleh sektor informasi dan komunikasi yang mencapai pertumbuhan 8,72 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, real estat tumbuh 0,94 persen sepanjang 3 bulan pertama tahun ini yoy.
Sebaliknya, subsektor pergudangan atau properti logistik mengalami kontraksi sepanjang 3 bulan pertama 2021, berdasarkan data gabungan dengan transportasi, mencapai 13,12 persen, yang merupakan penurunan terbesar di antara semua sektor.
Namun, BPS tidak memerinci secara khusus berapa besar persentase penurunan subsektor pergudangan, tetapi di ruang lingkup pos yang lebih kecil digabungkan dengan jasa penunjang angkutan serta pos dan kurir terdapat penurunan 15,89 persen yoy.
Baca Juga
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2021 terkontraksi baik secara tahunan dan kuartalan masing-masing -0,74 persen dan -0,96 persen.
Mengenai bisnis properti atau real estat, pemerintah memang telah mengeluarkan stimulus berupa pemangkasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Di sisi lain, Bank Indonesia mengeluarkan regulasi yang memungkinkan perbankan penerapan uang muka (down payment/DP) 0 persen meski dalam kenyataannya pencairan kredit dengan DP 0 persen itu sepenuhnya tergantung pada kebijakan bank masing-masing.
Bank Indonesia juga telah menekan suku bunga acuan dan mengeluarkan kebijakan yang mendorong agar perbankan pun ikut menurunkan bunga kredit pemilikan rumah (KPR).
Menurut catatan Bisnis.com, sepanjang pandemi Covid-19, kalangan developer memprioritaskan pengembangan proyek-proyek rumah tapak yang memang masih memiliki cukup besar terutama end user, meski juga tetap menjadi sasaran investasi dengan harapan harganya naik selepas pandemi teratasi.