Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Didorong Ekspansi Manufaktur, Neraca Perdagangan Maret 2021 Bakal Surplus

Surplus perdagangan kembali berlanjut pada bulan Maret, kendati melambat dari bulan sebelumnya. Hal ini dipicu oleh permintaan impor yang marak sejalan dengan ekspansi manufaktur.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Maret 2021 diperkirakan akan kembali surplus sebesar US$1,5 miliar, lebih rendah dari realisasi Februari 2021.

Proyeksi ini berdasarkan konsensus ekonomi yang disurvei Bloomberg minggu ini.

Kepala Ekonom BCA David Sumual memprediksi impor pada Maret tumbuh meskipun moderat karena importir masih cenderung wait and see. Selain bahan baku/penolong, impor barang konsumsi juga diperkirakan naik seiring dengan perbaikan keyakinan konsumen. 

Karena pertumbuhan impor itu, David memprediksi neraca perdagangan Maret surplus US$1,1 miliar.

Prediksi peningkatan impor juga disampaikan Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana kendati melambat dibandingkan dengan kinerja Februari. Dia menilai permintaan bahan baku dan barang modal akan mendorong impor sejalan dengan prospek ekspansi manufaktur.

Terbukti, Purchasing Managers’ Index (PMI) Maret yang dirilis IHS Markit mencapai 53,2, lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Level ini juga yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Tidak hanya itu, Prompt Manufacturing Index-Bank Indonesia (PMI-BI) memproyeksi pada kuartal II/2021, kinerja industri pengolahan ini akan lebih ekspansif di level 55,25 persen setelah mencapai level 50,01 pada kuartal I/2021.

“Secara keseluruhan, kami memperkirakan pertumbuhan impor tetap kuat pada Maret, tetapi melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ujar Wisnu.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira pun memperkirakan kinerja perdagangan Maret surplus US$800-US$900 juta. Menurutnya, penyempitan neraca dipengaruhi kenaikan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor. Impor yang lebih tinggi ini didorong oleh adanya kebutuhan Ramadan dan Idulfitri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper