Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan terkait distribusi vaksin Covid-19 saat ini adalah hal yang cukup menantang.
"Vaksin ini terkait suhu tertentu, penyimpanan, dan kecepatan. Artinya semua hal terkait kecanggihan logistik," katanya kepada Bisnis, Senin (12/4/2021).
Bhima menyebut dengan demikian jika vaksin dapat tersalurkan dengan waktu yang tepat dan vaksin yang aman maka akan menjadi praktik terbaik atau best practice sistem logistik di Indonesia.
Pasalnya, dalam menjaga kualitas vaksin distributor saat ini menerapkan teknologi 4.0, di mana pemantauan secara real time. Dengan demikian, jika terjadi hambatan dapat diatasi seketika waktu itu juga.
Jika penyaluran vaksin ini berhasil, maka pembenahan logistik di daerah juga akan terpicu. Pada akhirnya, kegiatan ini dapat diadopsi tidak hanya bagi perusahaan BUMN tetapi juga seluruh perusahaan lainnya untuk efektifitas dan efisiensi distribusi berbagai produk selain vaksin.
"Terpenting penurunan biaya logistik oleh pemerintah bisa dilakukan karena saat ini masih tertinggi di Asia dengan level 23,5 persen dari PDB," ujarnya.
Sebelumnya, Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) mencatat pelaku industri berpeluang menangkap nilai bisnis hingga Rp16 triliun hingga 2025 didorong kegiatan pendistribusian vaksin saat ini.
Adapun per akhir 2019, ARPI mendata temperature controlled logistics atau TCL untuk industri makanan sebesar 12,8 juta m3 dan industri farmasi 350.000 m3.
Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengatakan secara future market hingga 2025 nanti diproyeksi nilai penggunaan TCL untuk industri makanan akan mencapai Rp1.050 triliun sedangkan industri farmasai akan mencapai Rp450 triliun.
"Nilai bisnis TCL farmasi tahun lalu berkisar Rp5 triliun artinya dalam lima tahun ke depan masih ada sekitar Rp16 triliun peluang yang bisa ditangkap oleh pelaku usaha," katanya.