Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masuk Periode Supercycle, Mendag Ingatkan Kenaikan Harga Komoditas Dasar

Supercycle dapat didefinisikan sebagai periode lonjakan permintaan untuk beragam komoditas, yang menyebabkan lonjakan harga. Kondisi ini biasanya akan diikuti oleh jatuhnya permintaan dan akhirnya harga.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menggunakan masker saat akan menyampaikan paparan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kepala BKPM dan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/2/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menggunakan masker saat akan menyampaikan paparan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kepala BKPM dan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/2/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut bahwa Indonesia akan memasuki periode supercycle di masa pandemi Covid-19, yakni harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan.

Supercycle dapat didefinisikan sebagai periode lonjakan permintaan untuk beragam komoditas, yang menyebabkan lonjakan harga. Kondisi ini biasanya akan diikuti oleh jatuhnya permintaan dan akhirnya harga.

"Indonesia akan memasuki periode supercycle, dimana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama komoditas dasar, yang diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi," kata Mendag lewat keterangannya diterima di Jakarta, Selasa (6/4/2021).

Menurut dia, beberapa komoditas yang harganya naik dalam periode supercycle tersebut adalah minyak bumi, gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), bijih besi, dan tembaga.

"Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalaminya dan seperti periode sebelumnya, periode supercycle kali ini diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," ujar Mendag.

Selain itu, dia menambahkan, terdapat beberapa hal lain yang juga akan menjadi tren perdagangan Indonesia dan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional ke depan.

Tren pertama adalah munculnya investasi yang terjadi karena adanya pasar yang besar. Hal itu dapat dilihat melalui sektor otomotif, dimana pada sektor tersebut banyak muncul investasi yang disebabkan besarnya pasar otomotif di Indonesia.

Tren kedua, komoditas dasar Indonesia memberikan keunggulan komparatif yang baik karena mampu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang sangat bersaing.

Kondisi ini sudah dapat dilihat dari produksi baja stainless steel Indonesia, dimana Indonesia merupakan produsen kedua terbesar di dunia.

Tren ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi, seperti perhiasan yang merupakan komoditas unggulan ekspor nonmigas Indonesia. Dengan sumber daya alam dan manusia yang saling mendukung, Indonesia mampu menghasilkan produk perhiasan berdaya saing di pasar dunia.

Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki tersebut, lanjut Mendag, diharapkan nantinya akan banyak negara yang menjadi mitra dagang khusus Indonesia. Terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok.

"Negara-negara tersebut tak hanya sekedar menjadi mitra dagang, namun juga menjadi sumber investasi perekonomian nasional dengan produk-produk yang menjadi pilar utama ekspor nonmigas Indonesia," kata Mendag.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper