Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Februari Bakal Diwarnai Surplus, Ini Pemicunya!

Konsensus ekonom memproyeksi neraca perdagangan pada Februari 2021 secara rata-rata surplus US$2,16 miliar dengan estimasi atas surplus US$3 miliar dan estimasi bawah defisit US$736 juta.
Aktivitas perdagangan di pelabuhan/Bisnis.com
Aktivitas perdagangan di pelabuhan/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Tren surplus diproyeksi akan mewarnai neraca perdagangan Februari 2021 menyusul lesunya importasi bahan baku dan barang penolong akibat industri pengolahan yang belum sepenuhnya pulih.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus ekonom memproyeksi neraca perdagangan pada Februari 2021 secara rata-rata surplus US$2,16 miliar dengan estimasi atas surplus US$3 miliar dan estimasi bawah defisit US$736 juta.

Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memperkirakan surplus neraca dagang pada Februari 2021 mencapai US$2,9 miliar. Menurutnya, kinerja ekspor pada periode tersebut kembali melanjutkan pertumbuhan yang positif pada kisaran 5,5 persen (yoy).

“CPO masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan, karena harga CPO telah melambat selama 3 bulan berturut-turut secara yoy,” ujarnya kepada Bisnis.

Di samping itu, impor juga diperkirakan tumbuh positif 2,7 persen (yoy), dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang masih kontraksi -6,6 persen.

Wisnu mengatakan permintaan domestik tetap lemah pada Februari 2021, tecermin dari inflasi inti yang terus melambat sehingga menunjukkan impor barang konsumsi akan tetap tertekan. Selain itu, aktivitas manufaktur juga melambat.

“Secara bulanan, kami perkirakan impor turun 11 persen karena permintaan yang lemah dan sejalan dengan pola musimannya. Namun, basis impor yang rendah tahun lalu mendukung pertumbuhan impor secara tahunan menjadi 2,7 persen,” kata dia.

Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan neraca dagang Februari 2021 surplus sebesar US$2,19 miliar, dengan kinerja ekspor diperkirakan meningkat 5,8 persen (yoy) dan impor tumbuh 9,8 persen (yoy).

David mengatakan kinerja impor ke depan akan meningkat secara bertahap, salah satunya karena momentum Ramadan dan Idulfitri.

“Ada beberapa bahan pokok yang mulai impor karena Lebaran. Pemerintah juga mengatakan akan ada impor beras juga. Mungkin ke depan masih ada kenaikan, termasuk impor bahan bakar,” kata dia.

Di sisi lain, kinerja ekspor masih didorong oleh komoditas mineral sehingga keseluruhan masih positif meski belum signifikan.

“Menjelang Lebaran, impor akan bertahap meningkat. Dari sisi ekspor, masih tergantung pergerakan harga komoditas. Karena selain itu kelihatan belum pulih sepenuhnya permintaan produk lainnya,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper