Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah perlu membangkitkan kembali lapangan usaha yang mengalami kontraksi seperti industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, hingga pertambangan di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, sektor-sektor tersebut menyerap lebih dari setengah total tenaga kerja.
Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Rudi Purwono mengatakan bahwa berdasarkan data yang dia olah, sektor-sektor tersebut berkontribusi 53 persen dari total lapangan kerja atau setara 68,6 juta.
“Artinya, 68,6 juta pekerja tersebut berpotensi terdampak dari Covid-19. Ini perlu pendalaman bagi pemerintah karena penting untuk diantisipasi dampaknya akibat Covid-19 baik pada 2020 dan 2021,” katanya melalui diskusi virtual, Jumat (12/3/2021).
Rudi menjelaskan bahwa ada tiga agenda yang dihadapi Indonesia saat ini. Pertama adalah potensi hilangnya pendapatan.
Kedua adalah penurunan produktivitas pekerja. Pandemi membuat mereka terpapar Covid-19 ataupun berkurang jam kerjanya. Terakhir, kondisi ini dapat membuat ketimpangan semakin dalam.
Oleh karena itu, terang Rudi, kata kunci untuk mengatasi itu semua adalah ketahanan (resilience) dan keberlanjutan (sustainable). Ini harus dipegang baik itu pembuat kebijakan dan membangkitkan usaha untuk perancanaan ke depan.
“Ini bukan hanya berkaitan dengan langka-langkah pemerintah dalam menyusun kebijakan tapi juga bagaimana dunia usaha baik itu sektor perbankan dan juga sektor riilnya. Artinya langkah ke sana harus jadi perencanaan,” jelasnya.
Selain itu, pembangunan yang inklusif berbasis modal manusia (modal capital) dan sumber daya yang bisa diperbarui dengan menitikberatkan pada pembanguann kesetaraan kesejahteraan masyarakat.