Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengumumkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2020 minus 2,07 persen.
Menurut data BPS, hampir seluruh komponen dari sisi pengeluaran tumbuh negatif. Hanya satu yang berhasil membukukan kinerja positif.
“Selama 2020, konsumsi pemerintah menjadi komponen satu-satunya yang tumbuh positif yaitu 1,94 persen,” katanya melalui konferensi virtual, Jumat (5/2/2021).
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 2,63 persen. Konsumsi LPNRT pun demikian sebesar 4,29 persen.
Lalu investasi atau pembentukan modal tetap bruto tumbuh negatif 4,95 persen. Ekspor minus 7,70 persen dan impor minus 14,71 persen.
Suhariyanto menjelaskan bahwa meski naik, konsumsi pemerintah lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 3,26 persen. Ini disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada 2020 yang hanya tumbuh 1,18 persen. Sementara tahun sebelumnya tumbuh 8,49 persen.
Baca Juga
Dari konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi tercermin dari indikator penjualan eceran yang terkontraksi 12,03 persen. Impor barang konsumsi minus 10,93 persen dan penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor masing-masing minus 50,49 persen dan 43,54 persen.
Lalu investasi disebabkan penjualan semen domestik minus 10,38 persen. Volume penjualan kendaraan untuk barang modal minus 41,83 persen dan nilai impor barang-barang modal minus 16,73 persen.
“Pertumbuhan ekonomi 2020 yang mengalami kontraksi minus 2,07 persen, pembentukan modal tetap bruto adalah sumber kontraksi terdalam, yaitu sebesar minus 1,63 persen,” jelasnya.